[ Rahma Sari] MERAIH HIDAYAH ALLAH

Rahma Sari/1110002050033

artikel 1/ Jurnalistik 2B

Pernah ada seseorang yang matanya ditutup, disuruh berjalan, akhirnya menangis. Mengapa ? Karena setiap langkahnya penuh dengan keraguan. Ia merasa setiap langkahnya selalu beresiko. Mungkin terpeleset, jauh dari tangga, kepala terantuk, atau tubuhnya membentur dinding. Begitulah kira-kira, kalau kita tidak mendapatkan cahaya dalaam hidup ini. Lalu baaimana kalau hati kita tidak mendapatkan cahaya kebenaran ?

Berada di lorong gua yang gelap memang sangat merepotkan. Setiap langkah tidak pernah tenteram dan selalu dicekam kecemasan. Begitupun orang yang tidak mendapatkan tuntunan dari Allah. Hidupnya akrab dengan kecemasan. Perasaan yang ada hanya takut. Takut tidak kebagian dunia, takut oleh manusia, takut mati, dan lain-lain. Persis seperti orang yang masuk ke dalam rimba belantara. Walaupun membawa bekal, tapi tidak membawa peta. Bekalnya banyak tapi takut habis, akhirnya dia pun panik.

Orang yang tidak mendapat hidayah dari Allah, hidup di dunia ini terasa lelah, takut, tegang, wawas, cemas, gelisah, dan bingung, Tidak sedikit orang kaya malah menderita dengan kekayaannya. Kekayaan yang melimpah ruah jusru semakin membuatnya sengsara, semakin kaya semakin banyak barang yang harus dijaganya. Sementara semakin mahal barang, boleh jadi semakin menyiksa. Takut hilang, biaya perawatan tinggi, mengundang minat pencuri, memunculkan sifat ingin dipuji orang lain, dan sebagainya.

Disisi lain, ada pula yang mennyangka bahwa dengan kedudukan, penampilan, dan gelar maka seseorang akan memperoleh kemuliaan. Dia menganggap kemuliaan itu datang dari gelar. Akibatnya, dia kasak-kusuk ke sana kemari memburu kedudukan dan gelar. Kuliah tidak, sekolah tidak, tiba-tiba bertitel Master, Ph.D, SH. Mati-matian ikut BL ( body language), tapi makin lama makin tua, tidak bisa tidak. Meskipun memakai masker mentimun, tomat, dan semacamnya, tetap saja akan menjadi tua, kulit keriput, dan mulai bersisik.

Lalu mengapa orang sampai mau membeli gelar, membohongi dirinya sendiri? Padahal, semua itu tidak ada artinya kalau dia tidak mendapatkan hidayah dan taufik dari Allah untuk menjadi orang yang kenal kepada agama. Setinggi apa pun gelar atau kedudukannya,setiap manusia pasti akan mati. Pejabat tinggi sekalipun ujung-ujungnya pensiun lalu mati. Yang menjadi masalah adalah   akhir pensiunnya, apakah namanya akan menjadi harum atau malah menjadi hina gara-gara kedudukannya?

Orang yang jauh dari agama, jauh dari Al-Qur’an, apa pun yang diberikan Allah kepadanya pasti hanya akan membuat dirinya hina. Harta, gelar, pangkat, jabatan, atau penampilan yang diberikan Allah, kalau tidak diiringi dengan ketaatan kepada Allah, pasti akan menyiksa. Hidupnya hiruk pikuk, rebutan, sikut sana, sikut sini. Tidak peduli aturan, tidak peduli etika.

Dalam Al-Qur’an surah asy-Syams ayat: 8, Allah SWT berfirman, “ Dan Allah telah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan”. Dengan kata lain, setiap orang sebetulnya sudah diberi fasilitas oleh Allah. Dia mau baik atau buruk bergantung pada kesungguhan dan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk Allah.

Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 73, Allah SWT berfirman,” Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk yang harus diikuti ialah petunjuk Allah”.

Dari ayat di atas tersirat bahwa kita harus senantiasa mengikuti petunjuk yang Allah gariskan, yakni dengan bersungguh-sungguh mencari hidayah Allah,sebab hanya dengan begitu seseorang  akan memperoleh kebaikan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. “ Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang,maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama”. ( HR. Bukhari).

Buya Hamka, semoga Allah memuliakan dan merahmati beliau, pernah menyatakan bahwa hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana, mendarat adalah helikopter. Jika landasan agak bagus maka bisa didarati pesawat jenis capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter, lebih mantap lagi oleh cassa, lebih bagus lagi mungkin jumbo jet. Allah telah menyiapkan segalanya untuk kita. Tiap-tiap sesuatu sepadan  dengan ketahanan kita. Pertanyaannya adalah kita bersungguh-sungguh merindukan hidayah itu atau tidak ?

Sebagai contoh, Cat Steven, seorang penyanyi ternama yang sangat merindukan siapa Tuhan. Dia menjelajah ke sana sini dan mencari terus. Sampai kakaknya memberinya the Holy Quran, Kitab Al-Qur’an. Dia baca dan pelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya dia terarik, lalu masuk Islam. Begitulah, setiap orang yang bersungguh-sungguh mencari hidayah Allah, pasti Allah akan memberikan jalan. Sebagaimana firman Allah, “ Dan orang-orang yang berjihad (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan (baik).” ( al-Ankabut:69)  Oleh Karena itu, yang menjadi masalah adalah bukan soal hidayahnya, tetapi apakah kita telah bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

Akhirnya, di samping tetap istiqamah dalam meraih hidayah Allah, kita pun harus terus memanjatkan doa, “ Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii’ alaa diinika. Rabbanaa laa uzziqh quluubana ba’da idz hadaitana wahablanaa min ladunka rahmah innaka antal wahhab,” ‘ Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas Agama-Mu. Yaa Rabb, jangan palingkan hati kami sesudah Engkau beri kami petunjuk. Dan karuniakan untuk kami dari sisi-Mu kasih sayang. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Semoga Allah yang membolak-balikkan hati, menetapkan hati kita pada dinul Islam. Semoga hati kita tidak dipalingkan, dicabut nikamat iman ini, setelah kita memperoleh hidayah Allah.

Langkah paling awal untuk meraih hidayah ini adalah dengan terus mencari ilmu sekuatnya. Tiada hari tanpa mncari ilmu, tiada hari kecuali betrambah amal dan tiada hari kecuali menambah bersih hati kita. Makin banyak ilmu kita, makin produktif dalam beramal, dan makin bening hati kita. Mudah-mudahan dengan ilmu yang diamalkan dan keikhlasan beramal, maka akan menjaga kita dari dicabutnya nikmat Allah yang termahal, yakni hidayah. Amin. Wallahu a’lam.1


1. Abdullah  Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 9

DESKRIPSI MANFAAT PENGALAMAN PERTEMUAN MANUSIA DENGAN ALLAH

Artikel 5 Juni 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

 

  1. Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu jenis dan macamnya tidak terbatas dan manusia bisa mendapatkannya sebanyak kesanggupan dan sesuai kebutuhannya
  2. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan dari yang selain Allah (thaghut)
  3. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menyelamatkan manusia dari musuhnya yang paling berbahaya yaitu nafsu dan setan
  4. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa meningkatkan derajat manusia ke tingkat derajatnya yang tertinggi sebagai hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi.
  5. Pengalaman pertemuan manusia dengan Allah itu bisa mengantarkan manusia kembali kepada Allah di dunia ini, jika jiwanya telah tenang (nafsul muthmainnah)
  6. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menguatkan dan menyehatkan jiwa raga manusia, bisa menyembuhkan, menghilangkan penyakit, dan menghilangkan rasa sakit bagi mereka yang punya ilmunya dan tahu rahasianya
  7. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membangkitkan semangat kerja keras, dan semangat berjuang di jalan Allah tanpa batas
  8. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mengatasi rasa cemas, khawatir, takut, bingung, dan stres
  9. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menimbulkan optimisme, rasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bahwa harapan bisa terwujud dengan kuasa Allah
  10. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mendatangkan inspirasi, ide, gagasan, dan mendorong timbulnya kreatifitas dalam seluruh aspek kehidupan
  11. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari-hari terutama dalam mengalahkan, menguasai, dan mengendalikan nafsu, serta mengalahkan sebagai musuh manusia yang paling berbahaya
  12. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dan bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kualitas tauhid, taqwa, dan tawakal
  13. Pengalaman pertemuan dengan Allah bisa membangunkan manusia dari tidur lelapnya di alam bendawi, sehingga manusia bisa memasuki alam Ilahi yang kekal abadi dengan kekuatan Allah, dalam kekuasaan Allah, untuk Allah, dan bersama Allah
  14. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid, bermitra kerja dengan Allah yang maha kuasa melalui taqwa, dan bersinergi dengan kekuatan Allah yang tak terbatas melalui tawakal
  15. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah dalam tawakal, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah dalam taqwa, dan merasa satu pengetahuan-wujud dengan pengetahuan dan wujud Allah dalam tauhid wujudiyah (tauhid al-wujud-tauhidulwujud)
  16. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah yang berat jadi ringan, yang sulit jadi mudah, yang tidak mungkin jadi mungkin, dan semua masalah bisa diatasi dan dipecahkan dengan pertolongan dan kuasa Allah
  17. Manusia bisa memanfaatkan dan memberdayakan pengalaman pertemuannya dengan Allah samapai tak terbatas jika punya ilmunya, mengetahui teori dan caranya
  18. Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa terus dikembangkan sampai tak terbatas sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman
  19. Akhirnya, semoga Allah SWT. memberi kita semua kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk bisa mengenal Allah, bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa bersama Allah, bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), bisa menjadi hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan menjadi kekasih Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

 

Jakarta, 15-3-2013

S. Hamdani

 

 

Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,

atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya,

email: hamniah@gmail.com/08158824119

 

ALLAH MENGHENDAKI DAN MEMERINTAHKAN AGAR MANUSIA BERTAUHID, BERTAQWA, DAN BERTAWAKAL

Artikel 2 Mei 2013

  BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

 Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu keyakinan pada ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al (Perbuatan), Asma’ (Nama), Sifat, dan Dzat-Nya. Dengan kata lain, orang yang bertauhid adalah orang yang meyakini ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al, Asma’, Sifat, maupun Dzat-Nya

  1. Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertauhid (QS.112:1).Konsekuensi logis bertauhid itu jumlahnya tak terbatas dan smuanya bisa mengantarkan manusia untuk mengetahui Allah yang sebenarnya menurut Allah sendiri yang bisa kita ketahui melalui al-Qur’an
  2. Dengan bertauhid manusia bisa mengenal Allah yang sebenarnya, manusia juga bisa merasakan kedekatan dengan Allah (Qurbah. QS. 2:186), manusia bisa merasakan kebersamaan dengan Allah (Ma’iyah. QS. 57:4), manusia bisa bertemu Allah (Liqa’ Allah. QS. 29:5), dan manusia juga bisa mencintai Allah dan menjadi kekasih Allah (Mahabbah. QS. 3:30)
  3. Dengan bertauhid manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah, manusia bisa berdialog dengan Allah, dan manusia juga berkomunikasi dengan Allah. Allah berkomunikasi dengan manusia melalui bahasa tersurat yaitu kitab suci al-Qur’an, melalui bahasa tersirat yaitu kitab kauniyah –alam semesta, melaui bahasa pikiran, perasaan, dan pengalaman
  4. Dengan bertauhid Uluhiyah (meyakini Allah sebagi Tuhan yang sebenarnya), dengan bertauhid Rububiyah (meyakini Allah sebagai satu-satunya Pecipta, pemilik, penguasa, penjaga, pemelihara, pengurus, dan yang mengurus seluruh ciptaan-Nya), dengan bertauhid Ubudiyah (keyakinan Allah sebagai satu-satunya yang paling berhak disembah) kita bisa mengetahui dan mengenal Allah yang sebenarnya menurut Allah sendiri
  5. Dengan bertauhid hauqalah (meyakini tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah, QS. 18:39; Sabda Rasulullah: “Laa haula walaa quwwata illa billah”), dengan bertauhid shamadiyah (meyakini Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung (QS. 112:2), dan dengan bertauhid al wujud (meyakini Allah sebagai satu-satunya wujud yang mutlak, Qs. 42:11; yang tak terbatas, QS. 4:126; dan yang Esa , QS. 112:1) kita bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah di dunia ini
  6. Dengan bertauhid manusia bisa merasa satu pengetauan dengan pengetahuan Allah
  7. Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa satu wujud dengan wujud Allah, karena wujud Allah itu wujud yang mutlak (QS. 42:11), wujud Allah itu tidak terbatas dan wujud Allah itu meliputi segala sesuatu (QS. 4:126), wujud Allah itu berada di mana-mana (QS. 2:115) dan sekaligus tidak berada di mana-mana (QS. 42:11)
  8. Dengan bertauhid manusia bisa merasa tidak bisa berdiri sendiri, serta terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak terbatas, karena yang bisa berdiri sendiri secara independen (Qiyamu Binafsihi) memang hanya Allah
  9. Wujud Allah yang tidak terbatas itu juga tidak terbagi, dan wujud Allah itu juga tidak terdiri dan tersusun dari bagian-bagian
  10. Wujud kekuatan Allah itu juga tidak terbatas dan juga tidak terbagi. Karenanya, kakuatan Allah itu memenuhi diri kita, memenuhi jiwa raga kita, memenuhi jiwa raga semua orang dan juga memenuhi alam semesta
  11. Oleh sebab itu, manusia yang bisa menyadari kebenaran kenyataan di atas pasti bisa merasa bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas dengan kekuatan Allah yang tak terbatas. Pengalaman bertauhid yang demikian bisa menguatkan jiwa raga orang yang mengalaminya sehingga dia bisa merasa optimis, marasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bhwa harapannya bisa terwujud degan kekuatan dan pertolongan Allah
  12. Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa digerakkan, dibimbing, ditolong, dan dilindungi Allah
  13. Karenanya, manusia juga bisa merasakan cinta Allah kepada manusia, juga kasih sayang Allah kepada manusia berupa pemberian karunia dan nikmat-Nya yang tiada terhitung banyaknya (QS. 14:34)
  14.  Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa:Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam (QS. 3:102   ), yaitu dengan cara menjadikan kehendak Allah sebagai kehendaknya, dengan  cara mengikuti petunjuk-Nya, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjaui larangan-Nya
  15. Allah memerintahkan manusia bertaqwa karena tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51:56), yaitu dengan cara menyembah Allah, melaksanakan perintah Allah dan menjadi hamba Allah
  16. Dengan bertaqwa manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, sehingga sikap dan tindakannya sesuai dengan kehendak Allah, sesuai dengan petunjuk Allah, sesauai dengan perintah Allah, dan mencerminkan kehendak Allah
  17. Dengan bertaqwa manusia juga bisa bermitra kerja dengan Yang Maha Kuasa yaitu dengan cara mengikuti petunjuk-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya
  18. Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa, dan jika manusia bertaqwa maka Allah memberikan jalan keluar  terhadap masalah yang dihadapinya, Allah memberi rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, Allah memudahkan urusannya, Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, dan Allah juga melipat gandakan pahala baginya (QS. 65:2-5)
  19.  Allah menghendaki agar manusia bertawakal dan jika manusia bertawakal maka Allah mencukupkan keperluannya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS.65:3)
  20. Dengan bertawakal manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, karena memang tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan daya dan kekuatan Allah (laa haula wa laa quwwata illa billah– Sabda Rasulullah)
  21. 22.   Dengan bertawakal manusia bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas sehingga yang berat terasa ringan, yang sulit terasa mudah, yang mustahil menjadi mungkin, dan yakin sepenuhnya harapan dan cita-cita bisa terwujud dengan kekuatan Allah yang tak terbatas.
  22. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa mengetahui, mengenal, dekat, bersama, bertemu Allah dan mnjadi kekasih Allah SWT.
  23. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa berada dalam Petunjuk, Pertolongan, dan Perlindungan Allah SWT.
  24. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita kita bisa kekal abadi dengan Allah, untuk Allah, dalam Allah, dan bersama Allah sebagai hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi sebagai pelaksana kehendak dan perintah Allah SWT.

 

Semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan kesanggupan serta dimudahkan Allah untuk  bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah dan menjadi kasih Allah agar kita bisa selalu berada dalam limpahan rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 18-4-2013

S. Hamdani

CATATAN PERHATIAN:

Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com

atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA TUJUANNYA UNTUK BERIBADAH, MENYEMBAH ALLAH, DAN MENJADI HAMBA ALLAH

Artikel 1 awal Mei 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM 

Allah menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah. Allah berfirman Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS.51:56).

Menyembah Allah itu maksudnya mepertuhankan Allah yang bisa dilakukan dengan cara menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk Allah, melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya

Itulah sebabnya, Allah melarang manusia menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuahannya. Allah melarang manusia menyembah hawa nafsunya. Allah memerintahkan manusia agar menyerahkan dirinya pada Allah dengan cara tunduk, patuh, dan taat pada Allah (Islam). Allah memerintahkan agar manusia menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya (taqwa). Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan orang yang menuruti hawa nafsunya, pasti dikuasai dan diperbudak oleh hawa nafsunya, atau menjadi budak nafsu.

Oleh sebab  itu, Allah melarang manusia mempertuhankan hawa nafsunya, menyembah hawa nafsunya, atau menuruti dan mengikuti hawa nafsunya, karena jika manusia menuruti hawa nafsunya, maka manusia menjadi seperti binatang ternak. Allah menjelaskan: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS.25:43-44).

Allah juga melarang manusia menyembah syetan, karena setan itu musuh manusia yang nyata, yang selalu berusaha merusak dan menyesatkan manusia. jika manusia menyembah setan, maka manusia pasti dikuasai dan diperbudak syetan, dn manusia pun menjadi budak setan. Allah berfirman:. Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan ?” (QS.36:60-62).

Sebelum menjadi hamba Allah, manusia menjadi hamba nafsu, setan, dan thaghut, yaitu segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan, dipatuhi, dan ditaati kemauannya.

Allah melarang manusia menjadi hamba nafsu-keinginan ego, setan dan thaghut-segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan-disembah.

Maunya Allah manusia menjadi hamba Allah, karena hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.

Hamba Allah adalah orang yang menyadari statusnya sebagai hamba Allah dan kedudukannya sebagai khalifah.

Hamba Allah adalah orang yang bisa mengetahui, membenarkan, mengakui dan menyadari bahwa kekuatannya adalah kekuatan Allah, ruhnya adalah ruh Allah, dan wujudnya adalah miliki Allah, berasal dari Allah, pinjaman dari Allah, bergantung pada Allah, dan kembalinya juga  kepada Allah.

Hamba Allah adalah orang bisa merasakan kedekatan dengan Allah, dan merasakan kebersamaan dengan Allah sebagai dasar wujudnya, sumber kekuatannya, tempat bergantungnya, tempat kembalinya, dan tumpuan harapannya.

Hamba Allah adalah orang yang bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah melalui Qudrah, Iradah, dan ilmu-Nya, sehingga ia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, satu kehendak dengan kehendak Allah, satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah (merasa bisa mengetahui dengan pengetahuan Allah, bimbingan Allah dan petunjuk Allah).

Hamba Allah adalah orang yang yakin bisa mendapatkan jalkan keluar dari Allah, rizki dari arah yang tidak diketahui, dan urusannya dimudahkan Allah, dan yakin sepenuhnya bahwa kebutuhannya dicukupkan Allah (QS. 65:3-4).

Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita untuk bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi. Amin

Jakarta, 5-5-2013

S. Hamdani

CATATAN PERHATIAN:

Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com

atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

 

[Eva Fauziah] Al-Quran KItab Allah

Eva Fauziah/ 085711159728/ 1112051100034/ bgirlevee@gmail.com

Artikel 3/ Jurnalistik/ 2b

Al-Quran atau Quran (bahasa Arab: القرآن al-Qur’ān) ialah kitab suci bagi umat Islam. Menurut ajaran Islam, al-Quran ialah wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. melalui perantaraan malaikat Jibril yang sampai ke zaman sekarang secara mutawatir. Perihal diturunkan al-Quran mempunyai kaitan rapat dengan Lailatul Qadar. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad secara beransur-ansur dalam tempoh 23 tahun.Dalam salah satu ayat yang terdapat di dalam Al-Quran Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan kamilah yang akan menjaganya”. (AL Hijr 15:9)

Lafaz al-Quran dari segi bahasa adalah bacaan atau himpunan huruf dan kalimah. Ini berdasarkan firman Allah:Sesungguhnya Kamilah Yang berkuasa mengumpulkan al-Quran itu (dalam dadamu), dan menetapkan bacaannya (pada lidahmu); Oleh itu, apabila Kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, Dengan perantaraan Jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu; (surah al-Qiyamah, 75:17-18)Manakala dari segi istilah pula, al-Quran ialah kalam Allah yang bermukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab, diriwayatkan secara mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah, bermula dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah an-Naas.

Bukti Al Quran Datang Dari AllahMengenai bukti bahawa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahawa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dalam menentukan dari mana asal Al-Quran, akan kita dapatkan tiga kemungkinan.* Pertama, kitab itu dan * Kedua, karangan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. * Ketiga, berasal dari Allah swt.

Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab Al-Quran adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab merupakan kemungkinan yang tertolak. Dalam hal ini Al-Quran sendiri telah menentang mereka untuk membuat karya yang serupa. Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, ada tentangan dari Al-Quran dan usaha dari mereka untuk menjawab tentangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam., adalah kemungkinan yang juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. adalah orang Arab juga. Bagaimanapun cerdiknya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Oleh kerana itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam..

WAHYU itu Jelas datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. namun tetap kita harus beriman juga kepada Rosul Shallallahu’alaihi Wasallam.” karena wahyu itu datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala melalui malaikat hingga kepada mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa yaitu Nabi dan Rosul Shallallahu’alaihi Wasallam.” dan semua wahyu-wahyu Allah subhanahu wa ta’ala telah disempurnakan pada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.” tiada lain adalah Kitab Suci Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup umat manusia sampai akhir zaman.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah :Artinya: Bila Kamu sekalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Alquran), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Alquran) dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kami tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir. ( Albaqarah 23-24).

[Tria Hermalis] Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur’an

Tria Hermalis/ 1112051100054

Artikel 3 / Jurnalistik/ 2 B

Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur’an berbicara: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.

Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya).” (QS. Al Furqaan: 68-70.).

Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?

Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:

“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:

“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian.” (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami’ Shagir – 5235)

Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo’a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS.Ghaafir: 7-9).

Terdapat banyak ayat dalam Al Qur’an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.

Seperti dalam firman Allah SWT:

“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? .” (QS. At-Taubah: 104)

“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syuuraa: 25)

Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (QS. Ghaafir: 3)

Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri:

“Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)

“Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al An’aam: 54)

“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)

Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “at-Tawwab” (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do’a Ibrahim dan Isma’il a.s.:

“Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 128).

Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:

“Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang .” (QS. Al Baqarah: 54)

Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:

“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)