Beriman kepada Allah SWT

Featured

Ahmad Faathir /1112051100032

Artikel 1/Jurnalistik/ 2 B

Beriman kepada Allah SWT artinya meyakini Allah sebagai Tuhan semesta alam, juga yakin akan kebenaran keberadaan para Malaikat-Nya, wahyu-Nya (kitab-kitab Allah), para rasul-Nya, hari akhir, dan Qodho dan Qadar Allah SWT bagi setiap manusia. Pembenaran atas semua itu harus diikuti dengan tindakan nyata, sebagai pengamalan atas keimanan tersebut. Iman kepada Allah SWT merupakan fitrah manusia. Artinya, pada hakikatnya seluruh umat manusia mempercayai adanya Allah SWT dan mengakui-Nya sebagai Tuhan. Pengamalan keimanan kepada Allah harus diikuti dengan pembenaran atas firman-firman-Nya, yang kini tertuang dalam Al-Quran, sekaligus mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Minimal, seorang mukmin harus membuktikan keimanannya dengan mengerjakan shalat lima waktu. Karena, dalam sebuah hadits disebutkan, pembeda antara seorang mukmin/Muslim dan kafir adalah shalat. Dari shalat, jika dikerjakan dengan khyusu, maka akan tercipta kondisi diri yang benar-benar tunduk kepada Allah SWT.

Berislam yang baik adalah mengiringin iman dengan amal shalih. Artinya, imam seseorang membutuhkan pembuktian, yaitu dengan merealisasikan kandungan iman tersebut. Artinya, iman itu bukan hanya angan-angan kosong, tetapi hakikat iman itu adalah apa yang tertanam dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Sehingga, seorang muslim yang baik adalah yang benar imannya dan baik amal perbuatannya. berIslam yang baik adalah tidak menjadi munafik. Sebab, orang munafik adalah seseorang yang menampakkan keIslaman, namun memendam kekafiran. Ini sebagai taktiknya untuk mencari aman saja. Kala bersama-sama kaum muslimin, seolah-olah ia seorang muslim. Sebaliknya, ketika ia berkumpul dengan musuh-musuh Islam, maka nampakkan jati dirinya yang sebenarnya. Maka, menjadi muslim yang baik adalah tidak menjadi seorang munafik.

Kepentingan diri berihsan ialah prinsip etika yang mengatakan bahawa apabila orang-orang bertindak untuk melanjutkan kepentingan orang-orang lain, atau sekurang-kurangnya kepentingan kumpulan atau kumpulan-kumpulan yang mereka merupakan sebahagian, orang-orang itu pada akhirnya akan berkhidmat untuk kepentingan diri. Konsep ini sering dinyatakan oleh kepercayaan bahawa seorang individu

Lima Brosur Pilihan

a. Judul : Jalan Terdekat menuju Allah

b. Judul : Perhatikanlah!

c. Judul : Perjuangan Mencari dan Menemukan Allah

d. Judul : Mengetahui Allah dan menjadi Hamba Allah

e. Judul : Manusia itu Hamba Allah dan KhalifahNya

            Alasan saya memilih 5 judul ini adalah karena kelimanya mempunyai persamaan dalam bacaannya. Yaitu kelimanya membahas bagaimana kedudukan manusia sebagai hamba Allah, KhalifahNya  muka bumi ini. Untuk menjadi hamba Allah,  dan KhalifahNya maka kita harus terlebih dahulu mengenal Allah, mengetahui Allah itu apa? Siapa? Dan dimana? Dan mengenal dekat dengan Allah dan bertemu Allah merupakan suatu keharusan bagi manusia. Cara terbaik  dalam menjalin hubungan pribadi dengan Allah adalah dengan cara tauhid, bertakwa dan bertawakkal dalam menjalankan hidup ini.

Bersatu dengan Allah bertujuan 3I(Iman, Islam, dan Ihsan)

Featured

Hilda Dziah Azqiah Septi Manzilah 1112051100035/ dziah.azkia@ymail.com/ 083899606318

Artikel  1/ Jurnalistik/ 2B

Bersatu dengan Allah bertujuan 3I(Iman, Islam, dan Ihsan)

Semua kita mengetahui bahwa tuhan yang pantut disembah adalah hanya Allah. Tuhan merupakan sesuatu yang dijadikan patokan atau pusat dalam memohon sesuatu. Tuhan adalah pusat dari semua yang kita lakukan. Tuhan adalah sesuatu yang dijadikan ajuan dalam kehidupan kita. Tuhan yang layak adalah tuhan Allah.Tuhan itu sesuatu yang tak ada duanya, tak ada saingannya, dan tak ada pula yang menyerupai dan menyamakannya. Tuhan itu hanya satu ialah Allah SWT. Tuhan itu yang bisa membatu kita, dan bukan kita yang digantungkannya melainkan kita manusia tergantung dengaa-Nya. Tuhan itu hanya satu yang pantas dianggap hanyalah Allah SWT.

Kita sebagi orang Islam pasti mempunyai keimanan, keisalaman dan mempunyai sikap yang berihsan.Tuhan kita Allah itu merupakan dzat yang tak dapat dibanding dan Allah itu selalu bersama dengan kita. Allah selalu melindungi hambanya. Kita selalu mendapat pertolongan-Nya karena kita hamba Allah. Hamba Allah pasti mempunyai iman.

Iman adalah keyakina yang dilafazdkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan dilakukan dengan perbuatan. Islam adalah keselamatan yakni keselamatan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang banyak. Dan ihsan merupakan kebaikan bagaikan “sembahlah Aku seakan akan kau melihatKu”.

Kita pasti menyadari bahwa Allah lah tuhan yang patut disembah. Karena tidak mungkin ada dua tuhan yang patut disembah, jika ada dua tuhan maka alam semesta ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya dengan penuh peraturan dan dapat bergerak dengan gerakan yang pasti.

Sebagai hamba Allah wajib untuk kita beribadah kepada Allah. Sebagaimana allah berfirman “diciptakan manusia dan jin tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Islam mempermudah dalam kehidupan kita dam menjadi pedoman kita menuju surga dunia dan akhirat Allah. Karena dalam Islam kita berpedoman pada dua hal yaitu “Alquran dan Alhadits”.

Sebagai hamba Allah jika kita berpedoman dengan dawwam pada dua hal tersebut maka selamatlah kita didunia maupun diakhirat. Dalam agama Islam manusia memeprcayai Allah, malaikat, rasul, nabi, hari kiamat, dan taqdir. Dengan itu semua maka manusia dapat merasakan pentingnya dan tujuannya kita dalam kehidupan. Dan kita tahu bahwa kita dihidupkan atau diciptakan Allah tidak lain hanya untuk dimatikan Allah.

Namun jika kita berpedoman pada dua hla tersebut maka kita tidak akan tersesat untuk mendapatkan ridha Allah. Selama nafas berhembus maka kita haruslah beribadah kepada Allah dengan berbagai tindakan diantaranya dengan melaksanakn sholat 5waktu, berpuasa, mengucapakan dua kalimat syahadat, zakat dan pergi haji jika mampu.

Dengan kesadaran sendiri maka kita dapat menghasilkan akhlaq yang mulia pada diri kita karena  berpedoman pada dua hal tadi dan sikap mulia akan terus tertanam didalam diri karena kita merasakan Allah selalu ada dalam kehidupan dan aktivitas kita. Dan sebagai manusia hendaklah beramal sholeh dengan amal seperti senyum dan lainnya sebagainya sebagai teman nanti kita diakhirat.

Kita juga harus saling tolongmenolong karena kita juga manusia sosial sebagaimana firman Allah “tolong menolonglah kamu dalam kebeikan dan jangan tolong menolonglah kamu dalam keburukan atau dosa”. Jelaslah kita harus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannNya karena surgalah balasan baginya dan kita termasuk hamba allah yang bertaqwa.

Sebaiknya manusia ialah ia yang bisa mencegah orang lain dalam keburukan sebagaimana Allh berfirman “Illalladzii aamanuu waamilusshoolihaati watasshawbilhaqq watawasshaubisshobri”  kita hidup dengan peneuh kesadaran karena takpantas sebagai hamba Allah itu mengeluh melainkan kita harus bersyukur. Dan kita diciptakan sebagai khalifah Allah karena kita mempunyai akhlak yang mulia dan perwujudan kita sebagai “himayah”  karena kita bermula tinggal dibumi untuk menuju akhirat dan kita memerllukan makhluk lain dalam kehidupan kita dan kita sebagi kekasih Allah karena tidak ada yang pantas untuk dicintai kecuali Allah, karena Allah selalu mendengar doa kita dan jika kita mencintai Allah maka tak akan pernah ada ruginya. dan perbanyaklah bertahlil “laa ilaaha illa Allah” karena sebenarnya masuk surganya seseorang tidak hanya dengan pahala mereka melainkan dengan banyak nya manusia melafadzkan kalimat tahlil.

5 tulisan dari kumpulan brosur, yaitu:

  1. Ada hubungan apa manusia dengan Allah?

Artikel ini penuh dengan bahasa yang menyadarkan kita bahwa sesungguhnya manusia selalu bergantung kepada Allah. Karena Allah lah yang menjadi patokan dan pusat dalam menjalankan hidup ini.

  1. Mengetahui Allah da menjadi hamba Allah

Kita dapat mengetaahui bahwa Allah itu tuhan yang patut disembah diawali dengan pertanyaan logis, dan sesungguhnya mengetahui Allah itu hal yang mudah karena dari kecil kita telah mengenal nama itu dan sekarang kita kembangkan pikiran agar lebih meyakini bahwa Allah itu tuhan yang tak ada duanya dan kita sebagai hamba Allah karena tidak mungkin ciptaannya diciptakan oleh dua tuhan bahkan lebih dan hamba Allah mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan.

  1. Manusia itu hamba Allah dan khalifah-Nya

Artikel ini mempertegas bahwa manusia itu hamba Allah karena Allah itu tuhan yang kita sembah dan kita diciptakanNya sebagai makhluk Allah yang mendekati kesempurnaan dan kita ditugaskan sebagai khalifah agar kita dpat menjaga melindungi makhluk lain ciptaan-Nya krena kita membutuhkan makhluk lainnya dalam kehidupan kita.

  1. Menjadi hamba Allah itu pilihan yang harus diperjuangkan

Artikel ini memperkuat kita agar menjadi hamba Allah yang setia karena hanya manusia bodohlah yang mengingkari keberadaan Allah dan dzat Allah itu sangat banyak perlu kita agungkan jadi tak ada alasan untuk tidak memperjuangkannya.

  1. Jalan terdekat menuju Allah

Artikel ini merenungkan kita bahwa jalan menuju Allah itu mudah diantaranya dengan meyakinkan Allah dengan benda lainnnya dan kita memeohon pertolongan pelindungan dan lainnya sebagainya hanya kepada Allah karena Allah lah yang kita butuhkan dan kita saling membutuhkan.

 

[Rahma Sari] PUNCAK PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH ITU MENJADI HAMBA ALLAH

Nama : Rahma Sari

NIM : 1110002050033

Kelas : Jurnalistik 2B

Artikel 4

Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah adalah menjadi hamba Allah. Hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifahNya yaitu wakil Allah di muka bumi.

Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa segala yang ada di langit dan di bumi itu milik Allah, termasuk jiwa-raga, dan dirinya sendiri ( QS.2:225).Dalam kenyataan yang sebenarnya manusia itu tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa pertolongan Allah dan tanpa kekuatan Allah yang tidak terbatas.

Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa Allah itu pemilik, Penguasa, Penjaga, Pemelihara, Pembimbing, Penolong, Pelindung, dan Yang Mengurus seluruh ciptaan-Nya. Dengan demikian harus ada upaya yang konstruktif, terencana, terprogram, terus menerus, dan berkelanjutan agar manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini.

Hamba Allah adalah orang yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid. Dengan bertauhid dalam tataran  kenyataan atau sebagai kenyataan, manusia bisa merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah, karena segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah (termasuk semua pengetahuan) (QS.2:156).

Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan  Allah, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dan merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah adalah shalat yang khusu. Dalam shalat yang khusu, manusia itu berada di hadirat Allah, sedang menghadap Allah, sedang menemui Allah, sedang berbicara dengan Allah, dan sedang berdoa kepada Allah. Itulah sebabnya, Rasulullah menjelaskan bahwa shalat itu “Mi’rajul mukminin”. Dalam shalat yang khusu, manusia bisa merasa mengetahui dengan pengetahuan Allah, manusia bisa merasa menghendaki dengan kehendak Allah, dan dalam shalat yang khusu manusia bisa merasakan seluruh aktivitasnya dalam shalat, yaitu seluruh gerakan dan bacaan dalam shalatnya berlangsung denga Qudrah, iradah, dan ilmu Allah/

Oleh sebab itu, jika shalat itu dikerjakan dengan khusu pasti bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dn munkar, karena jika manusia khusu dalam sholatnya dan di luar shalatnya, maka dia pasti bisa selalu merasa dekat dengan Allah (Qurbah), pasti bisa merasa selalu bersama Allah (Ma’iyah), pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah, pasti bisa merasa mencintai Allah, dan menjadi kekasih Allah.

Dengan demikian jelaslah bahwa puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan puncak pengalaman keagamaan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia selain Nabi dan Rasul-Nya adalah hamba dan khalifahnya.

 

[ Rahma Sari] RASULULLAH SEBAGAI PANUTAN

Nama : Rahma Sari

NIM : 1112051100033

Kelas : Jurnalistik 2B

Artikel 3

“ Sungguh pada diri Rasulullah Saw itu terdapat suri teladan yang baik bagi kamu,(yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah” ( al-Ahzab :21)

Sebenarnya, setiap orang dapat menemukan pada diri Nabi Muhammad Saw. Suatu keteladanan luhur yang akan mengantar mereka memperoleh rahmat Ilahi serta kebahagiaan ukhrawi. Siapapun dia, baik seorang ayah, suami, anak, negarawan, pemimpin masyarakat maupun militer, semuanya dapat menimba keteladanan dari sumber yang tidak pernah kering ini.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan betapa mulia pribadi Rasulullah. Bahkan perihidup Rasulullah adalah praktek hidup dari nilai-nilai Al-Qur’an. Keseluruhan perkataan dan perbuatannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebagaimana Al-Qur’an akan lestari sepanjang zaman. Tutur kata Rasul serta perbuatannya member ilham bagi perubahan sikap hidup berjuta manusia di dunia.

Kemurahan dan kerendahan hati Nabi Saw sangat menonjol. Keramahan dan kasih sayang beliau mencakup semua orang. Rasulullah Saw sangat menyayangi anak-anak. Saat bertemu anak-anak , beliau mengucapkan salam kepada mereka sambil menyapa bahkan menggendongnya. Ketika seorang anak pipis di pangkuan beliau, pengasuhnya merebut sang anak dengan kasar. Maka beliau menegurnya, “ Biarkan dia pipis. Ini ( sambil menunjuk pakaian beliau yang basah) dapat dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menjernihkan kekeruhan hati anak ini akibat renggutan yang keras?”

Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk meniru dan mengikuti jejak langkah Rasulullah sebagai insan  yang benar-benar telah dipilih oleh Allah menjadi cahaya rahmat bagi alam semesta. Alangkah beruntung jika sosok yang kita idolakan itu adalah puncak kesuksesan dari segala sisi.

Ketika kita berusaha untuk meniti jejak Rasul, maka hal itu adalah kebaikan yang melimpah. Tidak sulit bagi kita mencari tokoh panutan paling brilian. Rasulullah Saw adalah uswatun hasanah,suri teladan yang luhur. Michael H. Hart, dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad Saw pada urutan teratas, jauh melampaui tokoh-tokoh dunia lainnya.

Dalam kehidupannya, Rasulullah Saw senantiasa beramal sebelum bicara (bukan sebaliknya). Oleh karena itu, dakwah beliau mempunyai kekuatan ruhiyah yang kuat karena beliau sudah lebih dulu mengamalkan apa yang beliau dakwahkan. Al-Qur’an mengatakan,” Kabura maqtan indallahi an taqullana ma laa taf’alun,”’ Amat besar kebencian di sisi Allah karena kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan’ (ash-Shaff:2).

Mungkin inilah yang harus kita evaluasi. Kita sering menyebut Islam, sering menyebut keterangan-keterangan Islam, tapi perbuatannya : apakah sudah dilakukan atau belum? Jika perkataan tidak selaras dengan perbuatan, itu seperti emas imitasi. Tampak mengkilap, tapi sebenarnya murah harganya.

Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak. “ Innama buitsu liutammima makaarima akhlaq, “ Bahwasannya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemulian akhlak’.

Islam diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk satu zaman. Sekarang dianggap zaman modern, tapi kita tidak tahu beberapa puluh tahun kemudian, akan seperti apakah yang disebut modern itu?

Hanya satu hal yang harus diyakini bahwa kebenaran itu selalu aktual. Maka, upaya membangun peradaban ini wajib didahului dengan membangun manusianya. Manusia sampai kiamat tetap manusia. Manusia mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh hewan, yaitu akal pikiran dan hati nurani. Apalah arti teknologi yang serba modern kalau tingkah manusianya primitif ?. Jadi, di zaman apa pun, Islam tetap bisa menjadi solusi Indonesia terpuruk, bukan karena Islamnya yang salah, tapi karena umat Islamnya belum memahami bagaimana indahnya Islam, bagaimana profesionalya Islam, bagaimana produktifnya Islam. Makanya jika ingin meniru orang yang sukses, contohlah diri Rasulullah. Jangan sampai kita keliru dalam menetapkan standar kesuksesan, sebab standar itu ternyata tidak selalu identik dengan kemuliaan.

Apabila kita perhatikan, anak-anak kita sering meniru figur-figur tertentu, namun sayangnya figur yang ditiru sering tak mampu memberikan tata nilai yang baik bagi mereka. Para remaja juga meniru tokoh-tokoh idola tertentu. Padahal figur yang ditirunya malah ada yang mati bunuh diri atau over dosis. Di sisi lain, banyak pula wanita yang meniru mode busana yang serba terbuka, namun akhirnya malah menjatuhkan kehormatan wania itu sendiri.

Bagi orang-orang yang senantiasa berusaha mencontoh Rasulullah Saw. Maka hatinya bergetar, berguncang mengenakan keindahan akhlah beliau. Mengenang pada perjuangan beliau, saat berjuang di medan tempur, beliau tidak pernah gentar terhadap lawan. Beliau selalu berdiri di barisan paling depan dan terdekat kepada musuh-musuhnya.

Mengenang kecintaannya kepada kita semua. Mengenang bagaimana kesabarannya. Mengenang bagaimana kegigihannya dalam memperjuangkan dan membela agama. Mengenang bagaimana indahnya ketika beliau bersimpuh sujud kepada Allah, ketika air matanya berderai, di saat kakinya bengkak karena selalu bangun di malam hari. Mengenang bagaimana kerendahan hati beliau, begitu lembut perangainya, begitu ramah, dan tawadhu kepada siapa pun. Begitu terasa jernih wajahnya, begitu menawan dan memesona senyuman tulusnya, mengenang begitu jernih tutur katanya yang bersih dari kesia-siaan, tak tersentuh oleh kesombongan, padat dan sarat makna, melimpah dengan hikmah.

Mengenang bahwa beliau seorang yang penyayang kepada istri-istrinya dan belas kasih kepada anak-anaknya. Mengenang betapa harum tubuhnya yang selalu bersih, yang tidak pernah lalai membersihkan dirinya, memotong kuku, juga sampai ke hal-hal yang terkecil. Dialah baginda Rasulullah Saw yang kemuliaannya dipuji para penduduk bumi dan langit.

Dia panutan kita, suri teladan bagi kita. Siapa pun yang mencintainya maka akan dibuktikan dengan kesungguhan untuk memahami dan mensuriteladani beliau. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada baginda tercinta Rasulullah yang mulia, keluarganya, keturunannya, dan umatnya yang menetapi jejak mereka denga  ihsan. Alangkah rugi jika hidup yang sekali-kalinya ini harus diisi dengan kecintaan pada figur-figur lain yang jauh dari keteladanan akhlah Rasul. Orang-orang yang mencintai Rasul, dia akan meniti jejaknya serta hidup berjuang membela risalahnya. Wallahu a’lam.1


1. Abdullah  Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 5

 

[Rahma sari Kelas] MENGENAL ALLAH

Nama : Rahma sari Kelas : Jusnalistik 2B

NIM : 1112051100033 Artikel : 2

Email : rhi_dreamhigh@yahoo.com

Ma’rifatullah Sebagai Landasan Hidup

Secara fitrah, manusia memiliki kebutuhan standar. Dalam salah satu bukunya, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya, mencintai kesempurnaanya, serta mencintai eksistensinya. Sebaliknya, manusia cenderung membenci hal-hal yang dapat menghancurkan, meniadakan, mengurangi, atau memutuskan kesempurnaan itu.

Orang besar, pejabat tinggi, banyak dipuji-puji, memiliki pengaruh dan kekayaan yang melimpah, akan takut setengah mati jika takdir mendadak mengubahnya menjadi miskin, lemah, bangkrut, terasing, atau ditinggalkan manusia. Begitulah tabiat manusia. Padahal, jika kecintaan kita kepada selain Allah sampai begitu banyak maka cinta itu pasti akan musnah. Seharusnya kebutuhan kita akan kebahagiaan duniawi, membuat kita berpikir bahwa Allahlah satu-satunya yang memiliki semua itu. Adapun kekhawatiran-kekhawatiran tentang standar kebutuhan kita, semestinya membuat kita berlindung dan berharap kepada Allah dengan mengamalkan apa-apa yang disukai-Nya.

Jadi, kebutuhan-kebutuhan diri kita itu seharusnya menjadi jalan supaya kita lebih mencintai Allah. Seorang muslim selayaknya  memahami  bahwa keindahan cinta yang paling hakiki adalah ketika kita mencintai Allah swt. Fondasi utama yang harus dibangun oleh seorang muslim untuk menggapai keindahan cinta tersebut adalah dengan mengenal Allah (ma’rifatullah). Bagi seorang muslim ma’rifatullah adalah bekal untuk meraih prestasi hidup setinggi-tingginya. Sebaliknya, tanpa ma’rifatullah, tak mungkin seorang muslim  memiliki keyakinan dan keteguhan hidup.

Ma’rifatullah adalah pengarahan yang akan meluruskan orientasi hidup seorang muslim. Dari sinilah dia menyadari bahwa hidupnya bukan untuk siapa pun kecuali hanya untuk Allah swt. Jika seseorang hidup dengan menegakkan prinsip-prinsip ma’rifatullah ini, insya Allah,alam  semesta ini akan Allah tundukkan untuk melayaninya. Dengan “fasilitas” itulah, dia kemudian akan memperoleh kemudahan dalam setiap urusan yang dihadapinya.

Maka, berbahagialah bagi orang-orang yang senantiasa berusaha mengenal Allah, sehingga kedekatannya dengan Allah senantiasa dipisah oleh tabir yang yang semakin tipis. Bagi orang yang dekat dengan Allah, dia akan dianugerahi ru’yah shadiqah (penglihatan hati yang benar).

Di sisi lain, ma’rifatullah juga menjadi sangat penting dalam merevolusi pribadi seseoranng untuk berubah kearah kebaikan. Dengan kata lain, perubahan yang dahsyat dan hakiki itu  bisa terjadi ketika seseorang mempunyai keyakinan pribadi yang sangat kuat kepada Sang Khaliq.

Dengan kekuatan iman, seseorang pengecut tiba-tiba  bisa berubah menjadi pemberani. Seorang pemalas tiba-tiba bisa berubah menjadi bersemanagat. Sehingga siapa pun yang menginginkan perubahan positive yang cepat dalam dirinya, kuncinya adalah membangun keyakinan yang kuat kepada Allah swt. Banyak contoh  berbicara tentang betapa kuatnya peran keyakinan dalam mengubah pribadi seseorang.

Umar ibnul Khaththab r.a yang sebelumnya begitu pemarah dan berwatak keras, bahkan anaknya sendiri dikubur hidup-hidup, namun berkat tumbuhnya tauhid dalam dirinya, beliau kemudian berubah menjadi begitu bermurah hati dan penyantun. Bukan hanya individu, kota Mekkah yang sebelumnya tidak dikenal, hanya sebuah dusun kecil yang penuh keterbatasan, berkat dakwah dan kekuatan iman yang disemai melalui dakwah Rasulullah saw, akhirnya berubah menjadi bangsa yang besar dan sangat disegani.

Siapa pun yang tidak mempunyai fondasi ma’rifatullah dalam dirinya, ia akan sulit untuk memperoleh ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesuksesan hakiki. Jika kita semakin mengenal siapa Allah, maka akan terasa semakin kecil nilai makhluk. Ketika kita semakin mengerti betapa besarnya penghargaan dari Allah, maka kian tidak berarti penghargaan yang kita terima dari makhluk.

Di saat kita merasakan betapa sempurnanya balasan dari Allah maka betapapun besarnya balasan dari makhluk, tidak akan sebanding harganya dengan balasan Allah. Makin detailnya penglihatan Allah, makin tidak penting pengawasan makhluk. Siapa pun yang mengenal Allah tidak akan pernah kecewa dengan perbuatan Allah.

Hal-hal seperti itulah yang lambat laun akan membina kita menjadi pribadi-pribadi ikhlas. Insan-insan yang hanya bergantung  dan berharap pada Allah swt. Maka kekuatan untuk bisa maju , mulia, dan bermartabat itu hanya bisa dicapai dengan keyakinan kepada Allah swt. Kekuatan keyakinan memang begitu dahsyat , sehingga atas izin Allah, tiap-tiap kebaikan yang diingini oleh seorang muwahid ‘orang yang bertauhid’ akan dibayar cash oleh Allah di depan matanya.

Maka semua puncak ketenangan, kebahagiaan, perubahan, kedamaian, serta kesuksesan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan  kepada Allah yang Mahaagung. Oleh karena itu, berapa pun biaya, tenaga, waktu atau apa pun yang kita korbankan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seharusnya tidak perlu dirisaukan, sebab pengorbanan itu tidak sebanding dengan maslahat yang akan kita terima.

Dalam ilmu mengenal Allah swt, ada rambu-rambu supaya keyakinan itu berada pada rel yang tepat, sehingga tidak menjadi alasan untuk kelemahan dan kemaksiatan. Jangan sampai keyakinan ini menjadi tempat menyembunyikan diri kita dari kemalasan dan kegigihan berikhtiar.

Jangan sampai keyakinan bahwa Allah Mahakaya membuat kita tidak gigih menjemput rejeki dari-Nya. Keyakinan terhadap Allah Maha Pengampun, malah membuat kita mengenteng-ngenteng perbuatan dosa. Keyakinan bahwa Allah Maha Memberi, jangan sampai membuat kita lalai dalam mencari nafkah.

Selanjutnya, kita harus lebih proporsional, karena ketika mengingat Allah, kita terkadang cenderung ingat kepada balasan-Nya, ingat pada keras siksa-Nya. Jika semua itu memang mampu membuat kita takut dan menghindari perbuatan-perbuatan dosa, tentu sangatlah bagus. Namun, kita juga harus ingat bahwa ampunan Allah itu ternyata demikian dahsyat, Allah mendahulukan kasih sayang-Nya dibanding kemarahan-Nya.1


1. Abdullah  Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 1

 

 

[ Rahma Sari] MERAIH HIDAYAH ALLAH

Rahma Sari/1110002050033

artikel 1/ Jurnalistik 2B

Pernah ada seseorang yang matanya ditutup, disuruh berjalan, akhirnya menangis. Mengapa ? Karena setiap langkahnya penuh dengan keraguan. Ia merasa setiap langkahnya selalu beresiko. Mungkin terpeleset, jauh dari tangga, kepala terantuk, atau tubuhnya membentur dinding. Begitulah kira-kira, kalau kita tidak mendapatkan cahaya dalaam hidup ini. Lalu baaimana kalau hati kita tidak mendapatkan cahaya kebenaran ?

Berada di lorong gua yang gelap memang sangat merepotkan. Setiap langkah tidak pernah tenteram dan selalu dicekam kecemasan. Begitupun orang yang tidak mendapatkan tuntunan dari Allah. Hidupnya akrab dengan kecemasan. Perasaan yang ada hanya takut. Takut tidak kebagian dunia, takut oleh manusia, takut mati, dan lain-lain. Persis seperti orang yang masuk ke dalam rimba belantara. Walaupun membawa bekal, tapi tidak membawa peta. Bekalnya banyak tapi takut habis, akhirnya dia pun panik.

Orang yang tidak mendapat hidayah dari Allah, hidup di dunia ini terasa lelah, takut, tegang, wawas, cemas, gelisah, dan bingung, Tidak sedikit orang kaya malah menderita dengan kekayaannya. Kekayaan yang melimpah ruah jusru semakin membuatnya sengsara, semakin kaya semakin banyak barang yang harus dijaganya. Sementara semakin mahal barang, boleh jadi semakin menyiksa. Takut hilang, biaya perawatan tinggi, mengundang minat pencuri, memunculkan sifat ingin dipuji orang lain, dan sebagainya.

Disisi lain, ada pula yang mennyangka bahwa dengan kedudukan, penampilan, dan gelar maka seseorang akan memperoleh kemuliaan. Dia menganggap kemuliaan itu datang dari gelar. Akibatnya, dia kasak-kusuk ke sana kemari memburu kedudukan dan gelar. Kuliah tidak, sekolah tidak, tiba-tiba bertitel Master, Ph.D, SH. Mati-matian ikut BL ( body language), tapi makin lama makin tua, tidak bisa tidak. Meskipun memakai masker mentimun, tomat, dan semacamnya, tetap saja akan menjadi tua, kulit keriput, dan mulai bersisik.

Lalu mengapa orang sampai mau membeli gelar, membohongi dirinya sendiri? Padahal, semua itu tidak ada artinya kalau dia tidak mendapatkan hidayah dan taufik dari Allah untuk menjadi orang yang kenal kepada agama. Setinggi apa pun gelar atau kedudukannya,setiap manusia pasti akan mati. Pejabat tinggi sekalipun ujung-ujungnya pensiun lalu mati. Yang menjadi masalah adalah   akhir pensiunnya, apakah namanya akan menjadi harum atau malah menjadi hina gara-gara kedudukannya?

Orang yang jauh dari agama, jauh dari Al-Qur’an, apa pun yang diberikan Allah kepadanya pasti hanya akan membuat dirinya hina. Harta, gelar, pangkat, jabatan, atau penampilan yang diberikan Allah, kalau tidak diiringi dengan ketaatan kepada Allah, pasti akan menyiksa. Hidupnya hiruk pikuk, rebutan, sikut sana, sikut sini. Tidak peduli aturan, tidak peduli etika.

Dalam Al-Qur’an surah asy-Syams ayat: 8, Allah SWT berfirman, “ Dan Allah telah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan”. Dengan kata lain, setiap orang sebetulnya sudah diberi fasilitas oleh Allah. Dia mau baik atau buruk bergantung pada kesungguhan dan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk Allah.

Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 73, Allah SWT berfirman,” Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk yang harus diikuti ialah petunjuk Allah”.

Dari ayat di atas tersirat bahwa kita harus senantiasa mengikuti petunjuk yang Allah gariskan, yakni dengan bersungguh-sungguh mencari hidayah Allah,sebab hanya dengan begitu seseorang  akan memperoleh kebaikan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. “ Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang,maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama”. ( HR. Bukhari).

Buya Hamka, semoga Allah memuliakan dan merahmati beliau, pernah menyatakan bahwa hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana, mendarat adalah helikopter. Jika landasan agak bagus maka bisa didarati pesawat jenis capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter, lebih mantap lagi oleh cassa, lebih bagus lagi mungkin jumbo jet. Allah telah menyiapkan segalanya untuk kita. Tiap-tiap sesuatu sepadan  dengan ketahanan kita. Pertanyaannya adalah kita bersungguh-sungguh merindukan hidayah itu atau tidak ?

Sebagai contoh, Cat Steven, seorang penyanyi ternama yang sangat merindukan siapa Tuhan. Dia menjelajah ke sana sini dan mencari terus. Sampai kakaknya memberinya the Holy Quran, Kitab Al-Qur’an. Dia baca dan pelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya dia terarik, lalu masuk Islam. Begitulah, setiap orang yang bersungguh-sungguh mencari hidayah Allah, pasti Allah akan memberikan jalan. Sebagaimana firman Allah, “ Dan orang-orang yang berjihad (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan (baik).” ( al-Ankabut:69)  Oleh Karena itu, yang menjadi masalah adalah bukan soal hidayahnya, tetapi apakah kita telah bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

Akhirnya, di samping tetap istiqamah dalam meraih hidayah Allah, kita pun harus terus memanjatkan doa, “ Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii’ alaa diinika. Rabbanaa laa uzziqh quluubana ba’da idz hadaitana wahablanaa min ladunka rahmah innaka antal wahhab,” ‘ Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas Agama-Mu. Yaa Rabb, jangan palingkan hati kami sesudah Engkau beri kami petunjuk. Dan karuniakan untuk kami dari sisi-Mu kasih sayang. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Semoga Allah yang membolak-balikkan hati, menetapkan hati kita pada dinul Islam. Semoga hati kita tidak dipalingkan, dicabut nikamat iman ini, setelah kita memperoleh hidayah Allah.

Langkah paling awal untuk meraih hidayah ini adalah dengan terus mencari ilmu sekuatnya. Tiada hari tanpa mncari ilmu, tiada hari kecuali betrambah amal dan tiada hari kecuali menambah bersih hati kita. Makin banyak ilmu kita, makin produktif dalam beramal, dan makin bening hati kita. Mudah-mudahan dengan ilmu yang diamalkan dan keikhlasan beramal, maka akan menjaga kita dari dicabutnya nikmat Allah yang termahal, yakni hidayah. Amin. Wallahu a’lam.1


1. Abdullah  Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 9

[Anisa Indrian] Shalat sebagai penegak tiang-tiang agama

Anisa Indriani/ 1112051100053/085697042910/sayanisaaa@gmail.com

Artikel 3/jurnalistik 2/B

Shalat yang dalam bahasa indonesia berarti do’a, yang kemudian diartikan sebagai ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut beberapa syarat yang tertentu.

Dalam syariah shalat merupakan hal yang terpenting kedua setelah dua kalimat syahadat. Sebagai umat islam beriman kita wajib mengerjakan shalat lima waktu seperti apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu menjauhkan perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar. (Q.S. Al-Ankabut/29: 45)

Orang yang senantiasa mengerjaka shalat dengan tepat waktu dan bersungguh-sungguh mengharapkan ridha-Nya maka akan selalu terpelihara dari perbuatan yang keji dan munkar, perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh Allah.

Shalat merupakan satu-satunya rukun islam yang diperintahkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui peristiwa Isra Mi’raj, hal itu terjadi bukan karena kebetulan  melainkan menandakan betapa pentingnya kedudukan shalat dalam agama islam.

Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama. (HR. Baihaqi)

Kewajiban menegakkan shalat bukan hanya kewajiban sebagian muslim, tetapi bagi semua umat muslim diseluruh dunia. Dalam hadits diatas telah jelas bahwa barang siapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah merubuhkan agama. Orang yang tidak mengerjakan shalat kelak akan mendapatkan pembalasan yang setimpal pada hari penghitungan nanti.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabar kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Q.S. At-Thaahaa/20: 132)

Setiap muslim memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan kebaikan kepada keluarga, kerabat, teman, dan sebagainya, termasuk mengingatkan untuk selalu mengingat Allah dan mendirikan shalat agar terhindar dari panasnya api neraka.

Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya. (Q.S. Al-Ma’un/107: 4-5)

Semoga dalam hidup ini, kita termasuk orang-orang yang mengukuhkan tiang-tiang agama Allah, dicintai Allah dan senantiasa dilindungi oleh-Nya. Amiin.

Tobat sebagai sarana mendekatan diri kepada Allah

 

Manusia adalah manusia yang tidak sempurna, selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa dan kesalahan. Sebagai manusia yang sadar akan adanya kehidupan setelah meninggal, maka pentinglah untuk selalu meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat atau yang disebut dengan taubat guna meningkatkan kualitas hidup di dunia maupun di akhirat.

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai…. (Q.S. At-Tahriim/66: 8)

Orang yang senantiasa menyadari kesalahannya dan bertaubat kepada Allah, merekalah orang-orang yang beruntung, seperti apa yang difirmankan oleh Allah.

Dan bertobatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung. (QS. An-Nur/24: 31)

Nabi Muhammad SAW. adalah teladan bagi semua umat muslim dimana pun mereka berada. Walaupu rasulullah telah terpelihara dari perbuatan keji dan munkar, beliau tetap selalu bertaubat kepada Allah SWT.

Wahai sekalian manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya dalam sehari semalam sebanyak seratus kali. (HR. Muslim)

Alangkah baiknya apabila kita sebagai manusia biasa juga senantiasa bertaubat kepada Allah atas segala dosa yang pernah kita perbuat.

Salah satu cara mencapai kualitas hidup yang baik dunia dan akhirat diantaranya adalah dengan bertaubat atas segala dosa dan bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan yang tercela, dengan cara seperti itu maka dengan ridha Allah kita akan mendapatkan kemudahan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rohmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar/39: 53)

Sebesar apapun dosa yang telah diperbuat oleh seorang manusia, apabila ia menyadari dan bertaubat, selalu ada pengampunan dari Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang jauh dari jalan-Nya dan semoga kita termasuk kedalam golongan yang selalu bertaubat karena mengharap keridhaan Allah. Amiin.

[Anisa Indriani] Dakwah sebagai tanda pengabdian terhadap Allah

Anisa Indriani/ 1112051100053/085697042910/sayanisaaa@gmail.com

Artikel 2/jurnalistik 2/B

Sebagai umat Allah yang baik kita haruslah saling tolong-menolong antar sesama manusia, mengingatkan apabila terjadi penyimpangan atau kesalahan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan beberapa cara untuk memelihara keharmonisan hubungan yang baik antar manusia.

(Wahai Muhammad), serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu, dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl/16 : 125)

Memelihara mulut dari ucapan yang kotor dan menyakitkan bagi orang lain, menjaga perbuatan dari perbuatan yang mencelakakan orang lain, berpikir sebelum bertindak dan menjalankan kewajiban manusia sebagai makhluk bertuhan. Dengan cara seperti itulah dapat menjaga diri manusia dari siksa api neraka.

Tak ada gading yang tak retak, tak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang bersih dari dosa dan tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun, kecuali Nabi Muhammad. Hawa nafsu dalam diri manusialah yang menyebabkan kekhilafan dalam bertindak, apabila diri manusia sendiri tidak dapat mengontrol perbuatannya sendiri, maka hendaklah kita sebagai orang yang berada disekitarnya mengingatkan agar perbuatan tercela itu dapat dihindarkan dan tidak terulang kembali.

Berdakwah merupakan kegiatan untuk menyeru atau mengajak manusia kepada kebaikan, baik dunia maupun akhirat. Berdakwah juga salah satu tugas manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini. Berdakwah tidak hanya ditujukan kepada sebagian orang saja, tetapi bagi semua umat, manusia biasa, cendikiawan, bahkan kepada orang yang berbeda agama.

Dan hendaklah di antara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran/3 : 102)

Orang yang menyerukan perbuatan baik dengan cara yang baik pula dengan sendirinya akan mendapatkan pahala sebagai ganjaran di akhirat nanti dan kemuliaan di dunia sebagai ganjaran di dunia.

Dakwah adalah salah satu cara manusia untuk beribadah kepada Allah dan barang siapa yang senantiasa mengharapkan ridha-Nya akan diberikan kemudahan, seperti arti ayat dibawah ini:

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 21)

Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat apa yang dilakukan oleh umatnya, setiap perbuatan yang dilakukan oleh umatnya pasti akan mendapatkan balasan. Semoga kita termasuk orang-orang yang dimuliakan dan bertakwa kepada Allah. Amiin.

 

[Anisa Indriani] Tanda-tanda Kebesaran Allah

Anisa Indriani/ 1112051100053/085697042910/sayanisaaa@gmail.com

Artikel 1/jurnalistik 2/B

Tanda-tanda Kebesaran Allah

Manusia sebagai hamba Allah harus memercayai adanya Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT. Adanya alam semesta, tempat kita berpijak, udara yang kita hirup setiap detik, setiap hari, adanya pergantian malam dan siang itu sudah merupakan tanda-tanda kebesaran dan buktia danya Tuhan.

Tahukah anda tentang bagaimana langit dan bumi diciptakan Allah? Karena penciptaan langit dan bumi adalah bukti kebesaran Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan..” (QS. Al-Baqarah: 164).

Manusia merupakan makhluk yang berakal, alangkah celakanya apabila seorang manusia tidak menggunakan akalnya untuk mendapatkan hidayah-Nya. Hal ini bias terjadi karena kesombongan manusia untuk mengakui kekuasaan atau kebesaran Allah. Sebaliknya, alangkah beruntungnya seseorang yang menggunakan akalnya untuk menggapai hidayah, nikmat dan iman kepada Allah.

Penciptaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi

Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi ini adalah untuk menjadi khalifah. Khalifah yang dapat diartikan sebagai pengganti, pengganti dalam arti yang diberi wewenang oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya di muka bumi ini.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Allah berfirman: “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2 : 30)

Manusia diberikan kemampuan yang lebih untuk memiliki nafsu atau kecenderungan, otak berpikir, dan kepekaan hati untuk merasakan. Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan oleh Allah. Manusia juga memiliki banyak kelebihan dibandingkan para malaikat dan makhluk ciptaan Allah yang lain.

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad/38 : 26)

Kecenderungan atau hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia dapat mengarah kepada dua hal, yaitu sesuatu yang menguntungkan dan sesuatu yang merugikan. Namun, kebanyakan manusia lebih mementingkan hawa nafsunya sehingga hawa nafsu yang kurang terkontrol akan mendatangkan kerugian bagi manusia itu sendiri.

Dengan adanya kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia yaitu hadirnya otak dan hati untuk berpikir dan merasakan dalam hatinya maka dapatlah seorang manusia berpikir matang-matang terlebih dahulu untuk dapat berlaku bijaksana.

Apabila manusia sudah terbiasa dalam dirinya bersikap bijaksana dan menerapkan hukum-hukum agama sebagai pedoman, maka dengan sendirinya ia telah membangun suatu hubungan yang harmonis antara kewajibannya sebagai makhluk Allah dan kewajibannya sebagai khalifah di bumi.

Manusia ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi seorang khalifah di bumi di karenakan kemampuan manusia yang memang diciptakan oleh Allah untuk itu. Masa kekhalifahan manusia yaitu semenjak penciptaannya sampai hari kiamat dan apa yang telah dilakukan manusia akan dipertanggung jawabkan di hari pembalasan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dan termasuk orang-orang yang mendapatkan rahmat-Nya di hari akhir. Amiin.

[Hilda Dziah Azqiah SM] Analisa Kritis Artikel Puncak Pengalaman Pertemuan dengan Allah

Hilda Dziah Azqiah SM/ 1112051100035

Artikel 4/ Jurnalistik 2B

 

Isi artikel ini banyak mengandung kesimpulan, diantaranya: 

Menguatkan iman dan mementapkan aqidah, diantaranya meliputi: dalam kenyataannya yang sebenarnya manusia itu tidak bias hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa pertolongan Allah dan tanpa kekuatan Allah yang tidak terbatas, semua orang pasti ingin mengetahui mengnal dekat dan bertemu dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, hamba Allah adalah orang yang yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid, dalam shalat yang khusuk manusia bisa merasa mengetahui dengan pengetahuan Allah, manusia bisa menghendkai dengan kehendak Allah dan dalam shalat yang khusuk manusia bisa mereasakan seluruh aktifitasnya dalam shalat, puncak pengalaman pertemuan dengan Allah tu menjadi hamba Allah, dan itu merupakan puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi.

Membangkit semangat beribadah yaitu: harus ada upaya yang konstruktif terencana terprogram terusmenerus dan berkelanjutan agar manusia bisa mengetahui mengenal dekat bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, dan Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, puncak pengalaman pertemuan dengan Allah adalah menjadi hamba Allah, hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi, hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa segala yang ada di langit dan dibmui itu milik Allah, hamba Allah adalah orang yang bisa berminta kerja dengan yang Maha Kuasa melalui taqwa dan tawakal, dengan bertawakal sebagai kenyataan maka manusia merasakan satu kekuatan dengan kekuatan Allah yang tak terbatas, dalam shalat manusia bisa merasa berada di kehadirat Allah, shalat yang khusuk bisa mencegah perbuatan yang keji dan munkar.

Mendorong berta’awun dan bertausyiah yaitu: dengan bertawakal dalam kenyataan manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dengan tauhid dalam tataran kenyataan manusia bisa merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah karena segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah, cara mudah  dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah merasa satu kehendak dengan kehendak Allah dan merasa satu pengetahuan dengan Allah adalah shalat yang khusuk, dalam sholat yang khusuk manusia berada dalam berdoa dan berada di kehadirat Allah, shalat yang khusuk adalah shalat yang dikerjakan dengan hati yang penuh perasaan, jika shalat dengan khusuk bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar karena manusi bisa selalu merasa dekat dengan Allah.

Analisa kritis dalam artikel ini terhadap kebenaran, salah satu diantaranya yaitu bahwa hamba Allah adalah orang yang bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal. Bukan hanya tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai keyakinan dan pernyataan, tetapi juga tauhid, taqwa, dan bertawakal sebagai kenyataan atau sebagi ekspresi realitas yang sebenarnya. Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Ini semua sangat benar karena banyak ayat Al-quran yang mengatakan ini, dan ini merupakan conbtoh nyata dalam realitas bahwa menjadi hamba Allah tidaka akan sia-sia. Dan ini juga mengandung manfaat, salahsatunya yaitu cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dan merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah adalah shalat yang khusuk, jadi selama didunia jika kita manusia sholat, hendaklah dengan khusuk karena dapat merasa kehadirat Allah dan mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.

Kesimpulan yang dpat kita ambil yaitu: puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Dan puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi yang bisa dicapai oleh manusia selain nabi dan Rasul-Nya adalah hamba dan khalifah-Nya. Dan semoga kita tetap bisa melakukan hala-hala yang baik dan bermanfaat tetapi juga menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah dan selalu dapat merasa kehadirat Allah. Aamiin.

 

[Eva Fauziah] Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha

Eva Fauziah (1112051100034)

Artikel 4/Jurnalistik 2/b 

Shalat duha merupakan salah satu diantara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).

Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”Mereka menjawab; “Ya!Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memeroleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

5. Pahala Umrah

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:

“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).

6. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).Semoga sedikit kutipan mengenai Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha ini bisa membuat kita lebih giat lagi dalam menjalankan shalat dhuha, dan bagi yang belum melaksanakannya bisa memulai untuk menjalankannya… Aamiin…

[Qoribatul Choiriyah] Tanggung Jawab Manusia Kepada Allah

Qoribatul Choiriyah / 1112051100055)/ choi.raeri1415@gmail.com/ 087875430498

Artikel 3/ Jurnalistik  2B

Manusia adalah hamba Allah, hamba yang diharuskan selalu berbakti kepada majikannya yaitu tuhan semesta alam Allah SWT. Posisi manusia sebagai hamba Allah harus benar-benar diusahakan dan diperjuangkan. Setiap individu manusia mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT. Tugas yang harus dijalankan dengan keimanan dan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kelak manusia akan dimintai pertanggungjawabannya, tetang apa yang telah ia lakukan dan bagaimana ia menjalankan tugas sebagai hamba-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim : 6) Tugas yang dipertanggung jawabkan adalah ibadah dan ketakwaan yang manusia persembahkan hanya kepada Allah SWT.

Tuntutan ibadah dan ketakwaan tersebut bukan berarti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketakwaan tersebut bukan berarti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketakwaan itu, sebab Allah akan tetap Maha Agung dan Maha Besar walaupun tak ada seorang pun manusia yang menyembahnya, Dia akan berdiri sendiri dengan Dzat-Nya sendiri.

Tanggung jawab manusi terhadap allah swt adalah seperti berikut;

1. Mengabdikan diri kepada Allah swt dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut syariat yang ditetapakan oleh agama.

2. Melaksanakan amanah Allah swt memelihara dan mengawal agama Allah serta ajaran Allah swt seperti FirmanNya; Surah Al Ahzab; 72 “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serata gunung-gunung (untuk memikul) maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat meyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”- (Surah Al Ahzab: 72)

3. Melaksanakan amar makruf, nahi mungkar, yaitu sebagai khalifah Allah swt bertanggung jawab menyebarkan Islam.

4. Menjaga kesucian agama, dengan menegakkan Islam dengan berdakwah dan melaksanakan syariat Islam  yang telah ditetapkan agama.

5. Bertanggung jawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga dari azab neraka