Nama : Rahma Sari
NIM : 1112051100033
Kelas : Jurnalistik 2B
Artikel 3
“ Sungguh pada diri Rasulullah Saw itu terdapat suri teladan yang baik bagi kamu,(yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah” ( al-Ahzab :21)
Sebenarnya, setiap orang dapat menemukan pada diri Nabi Muhammad Saw. Suatu keteladanan luhur yang akan mengantar mereka memperoleh rahmat Ilahi serta kebahagiaan ukhrawi. Siapapun dia, baik seorang ayah, suami, anak, negarawan, pemimpin masyarakat maupun militer, semuanya dapat menimba keteladanan dari sumber yang tidak pernah kering ini.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan betapa mulia pribadi Rasulullah. Bahkan perihidup Rasulullah adalah praktek hidup dari nilai-nilai Al-Qur’an. Keseluruhan perkataan dan perbuatannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebagaimana Al-Qur’an akan lestari sepanjang zaman. Tutur kata Rasul serta perbuatannya member ilham bagi perubahan sikap hidup berjuta manusia di dunia.
Kemurahan dan kerendahan hati Nabi Saw sangat menonjol. Keramahan dan kasih sayang beliau mencakup semua orang. Rasulullah Saw sangat menyayangi anak-anak. Saat bertemu anak-anak , beliau mengucapkan salam kepada mereka sambil menyapa bahkan menggendongnya. Ketika seorang anak pipis di pangkuan beliau, pengasuhnya merebut sang anak dengan kasar. Maka beliau menegurnya, “ Biarkan dia pipis. Ini ( sambil menunjuk pakaian beliau yang basah) dapat dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menjernihkan kekeruhan hati anak ini akibat renggutan yang keras?”
Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk meniru dan mengikuti jejak langkah Rasulullah sebagai insan yang benar-benar telah dipilih oleh Allah menjadi cahaya rahmat bagi alam semesta. Alangkah beruntung jika sosok yang kita idolakan itu adalah puncak kesuksesan dari segala sisi.
Ketika kita berusaha untuk meniti jejak Rasul, maka hal itu adalah kebaikan yang melimpah. Tidak sulit bagi kita mencari tokoh panutan paling brilian. Rasulullah Saw adalah uswatun hasanah,suri teladan yang luhur. Michael H. Hart, dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad Saw pada urutan teratas, jauh melampaui tokoh-tokoh dunia lainnya.
Dalam kehidupannya, Rasulullah Saw senantiasa beramal sebelum bicara (bukan sebaliknya). Oleh karena itu, dakwah beliau mempunyai kekuatan ruhiyah yang kuat karena beliau sudah lebih dulu mengamalkan apa yang beliau dakwahkan. Al-Qur’an mengatakan,” Kabura maqtan indallahi an taqullana ma laa taf’alun,”’ Amat besar kebencian di sisi Allah karena kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan’ (ash-Shaff:2).
Mungkin inilah yang harus kita evaluasi. Kita sering menyebut Islam, sering menyebut keterangan-keterangan Islam, tapi perbuatannya : apakah sudah dilakukan atau belum? Jika perkataan tidak selaras dengan perbuatan, itu seperti emas imitasi. Tampak mengkilap, tapi sebenarnya murah harganya.
Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak. “ Innama buitsu liutammima makaarima akhlaq, “ Bahwasannya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemulian akhlak’.
Islam diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk satu zaman. Sekarang dianggap zaman modern, tapi kita tidak tahu beberapa puluh tahun kemudian, akan seperti apakah yang disebut modern itu?
Hanya satu hal yang harus diyakini bahwa kebenaran itu selalu aktual. Maka, upaya membangun peradaban ini wajib didahului dengan membangun manusianya. Manusia sampai kiamat tetap manusia. Manusia mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh hewan, yaitu akal pikiran dan hati nurani. Apalah arti teknologi yang serba modern kalau tingkah manusianya primitif ?. Jadi, di zaman apa pun, Islam tetap bisa menjadi solusi Indonesia terpuruk, bukan karena Islamnya yang salah, tapi karena umat Islamnya belum memahami bagaimana indahnya Islam, bagaimana profesionalya Islam, bagaimana produktifnya Islam. Makanya jika ingin meniru orang yang sukses, contohlah diri Rasulullah. Jangan sampai kita keliru dalam menetapkan standar kesuksesan, sebab standar itu ternyata tidak selalu identik dengan kemuliaan.
Apabila kita perhatikan, anak-anak kita sering meniru figur-figur tertentu, namun sayangnya figur yang ditiru sering tak mampu memberikan tata nilai yang baik bagi mereka. Para remaja juga meniru tokoh-tokoh idola tertentu. Padahal figur yang ditirunya malah ada yang mati bunuh diri atau over dosis. Di sisi lain, banyak pula wanita yang meniru mode busana yang serba terbuka, namun akhirnya malah menjatuhkan kehormatan wania itu sendiri.
Bagi orang-orang yang senantiasa berusaha mencontoh Rasulullah Saw. Maka hatinya bergetar, berguncang mengenakan keindahan akhlah beliau. Mengenang pada perjuangan beliau, saat berjuang di medan tempur, beliau tidak pernah gentar terhadap lawan. Beliau selalu berdiri di barisan paling depan dan terdekat kepada musuh-musuhnya.
Mengenang kecintaannya kepada kita semua. Mengenang bagaimana kesabarannya. Mengenang bagaimana kegigihannya dalam memperjuangkan dan membela agama. Mengenang bagaimana indahnya ketika beliau bersimpuh sujud kepada Allah, ketika air matanya berderai, di saat kakinya bengkak karena selalu bangun di malam hari. Mengenang bagaimana kerendahan hati beliau, begitu lembut perangainya, begitu ramah, dan tawadhu kepada siapa pun. Begitu terasa jernih wajahnya, begitu menawan dan memesona senyuman tulusnya, mengenang begitu jernih tutur katanya yang bersih dari kesia-siaan, tak tersentuh oleh kesombongan, padat dan sarat makna, melimpah dengan hikmah.
Mengenang bahwa beliau seorang yang penyayang kepada istri-istrinya dan belas kasih kepada anak-anaknya. Mengenang betapa harum tubuhnya yang selalu bersih, yang tidak pernah lalai membersihkan dirinya, memotong kuku, juga sampai ke hal-hal yang terkecil. Dialah baginda Rasulullah Saw yang kemuliaannya dipuji para penduduk bumi dan langit.
Dia panutan kita, suri teladan bagi kita. Siapa pun yang mencintainya maka akan dibuktikan dengan kesungguhan untuk memahami dan mensuriteladani beliau. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada baginda tercinta Rasulullah yang mulia, keluarganya, keturunannya, dan umatnya yang menetapi jejak mereka denga ihsan. Alangkah rugi jika hidup yang sekali-kalinya ini harus diisi dengan kecintaan pada figur-figur lain yang jauh dari keteladanan akhlah Rasul. Orang-orang yang mencintai Rasul, dia akan meniti jejaknya serta hidup berjuang membela risalahnya. Wallahu a’lam.1
1. Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 5