[ Rahma Sari] RASULULLAH SEBAGAI PANUTAN

Nama : Rahma Sari

NIM : 1112051100033

Kelas : Jurnalistik 2B

Artikel 3

“ Sungguh pada diri Rasulullah Saw itu terdapat suri teladan yang baik bagi kamu,(yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah” ( al-Ahzab :21)

Sebenarnya, setiap orang dapat menemukan pada diri Nabi Muhammad Saw. Suatu keteladanan luhur yang akan mengantar mereka memperoleh rahmat Ilahi serta kebahagiaan ukhrawi. Siapapun dia, baik seorang ayah, suami, anak, negarawan, pemimpin masyarakat maupun militer, semuanya dapat menimba keteladanan dari sumber yang tidak pernah kering ini.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan betapa mulia pribadi Rasulullah. Bahkan perihidup Rasulullah adalah praktek hidup dari nilai-nilai Al-Qur’an. Keseluruhan perkataan dan perbuatannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebagaimana Al-Qur’an akan lestari sepanjang zaman. Tutur kata Rasul serta perbuatannya member ilham bagi perubahan sikap hidup berjuta manusia di dunia.

Kemurahan dan kerendahan hati Nabi Saw sangat menonjol. Keramahan dan kasih sayang beliau mencakup semua orang. Rasulullah Saw sangat menyayangi anak-anak. Saat bertemu anak-anak , beliau mengucapkan salam kepada mereka sambil menyapa bahkan menggendongnya. Ketika seorang anak pipis di pangkuan beliau, pengasuhnya merebut sang anak dengan kasar. Maka beliau menegurnya, “ Biarkan dia pipis. Ini ( sambil menunjuk pakaian beliau yang basah) dapat dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menjernihkan kekeruhan hati anak ini akibat renggutan yang keras?”

Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk meniru dan mengikuti jejak langkah Rasulullah sebagai insan  yang benar-benar telah dipilih oleh Allah menjadi cahaya rahmat bagi alam semesta. Alangkah beruntung jika sosok yang kita idolakan itu adalah puncak kesuksesan dari segala sisi.

Ketika kita berusaha untuk meniti jejak Rasul, maka hal itu adalah kebaikan yang melimpah. Tidak sulit bagi kita mencari tokoh panutan paling brilian. Rasulullah Saw adalah uswatun hasanah,suri teladan yang luhur. Michael H. Hart, dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad Saw pada urutan teratas, jauh melampaui tokoh-tokoh dunia lainnya.

Dalam kehidupannya, Rasulullah Saw senantiasa beramal sebelum bicara (bukan sebaliknya). Oleh karena itu, dakwah beliau mempunyai kekuatan ruhiyah yang kuat karena beliau sudah lebih dulu mengamalkan apa yang beliau dakwahkan. Al-Qur’an mengatakan,” Kabura maqtan indallahi an taqullana ma laa taf’alun,”’ Amat besar kebencian di sisi Allah karena kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan’ (ash-Shaff:2).

Mungkin inilah yang harus kita evaluasi. Kita sering menyebut Islam, sering menyebut keterangan-keterangan Islam, tapi perbuatannya : apakah sudah dilakukan atau belum? Jika perkataan tidak selaras dengan perbuatan, itu seperti emas imitasi. Tampak mengkilap, tapi sebenarnya murah harganya.

Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak. “ Innama buitsu liutammima makaarima akhlaq, “ Bahwasannya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemulian akhlak’.

Islam diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk satu zaman. Sekarang dianggap zaman modern, tapi kita tidak tahu beberapa puluh tahun kemudian, akan seperti apakah yang disebut modern itu?

Hanya satu hal yang harus diyakini bahwa kebenaran itu selalu aktual. Maka, upaya membangun peradaban ini wajib didahului dengan membangun manusianya. Manusia sampai kiamat tetap manusia. Manusia mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh hewan, yaitu akal pikiran dan hati nurani. Apalah arti teknologi yang serba modern kalau tingkah manusianya primitif ?. Jadi, di zaman apa pun, Islam tetap bisa menjadi solusi Indonesia terpuruk, bukan karena Islamnya yang salah, tapi karena umat Islamnya belum memahami bagaimana indahnya Islam, bagaimana profesionalya Islam, bagaimana produktifnya Islam. Makanya jika ingin meniru orang yang sukses, contohlah diri Rasulullah. Jangan sampai kita keliru dalam menetapkan standar kesuksesan, sebab standar itu ternyata tidak selalu identik dengan kemuliaan.

Apabila kita perhatikan, anak-anak kita sering meniru figur-figur tertentu, namun sayangnya figur yang ditiru sering tak mampu memberikan tata nilai yang baik bagi mereka. Para remaja juga meniru tokoh-tokoh idola tertentu. Padahal figur yang ditirunya malah ada yang mati bunuh diri atau over dosis. Di sisi lain, banyak pula wanita yang meniru mode busana yang serba terbuka, namun akhirnya malah menjatuhkan kehormatan wania itu sendiri.

Bagi orang-orang yang senantiasa berusaha mencontoh Rasulullah Saw. Maka hatinya bergetar, berguncang mengenakan keindahan akhlah beliau. Mengenang pada perjuangan beliau, saat berjuang di medan tempur, beliau tidak pernah gentar terhadap lawan. Beliau selalu berdiri di barisan paling depan dan terdekat kepada musuh-musuhnya.

Mengenang kecintaannya kepada kita semua. Mengenang bagaimana kesabarannya. Mengenang bagaimana kegigihannya dalam memperjuangkan dan membela agama. Mengenang bagaimana indahnya ketika beliau bersimpuh sujud kepada Allah, ketika air matanya berderai, di saat kakinya bengkak karena selalu bangun di malam hari. Mengenang bagaimana kerendahan hati beliau, begitu lembut perangainya, begitu ramah, dan tawadhu kepada siapa pun. Begitu terasa jernih wajahnya, begitu menawan dan memesona senyuman tulusnya, mengenang begitu jernih tutur katanya yang bersih dari kesia-siaan, tak tersentuh oleh kesombongan, padat dan sarat makna, melimpah dengan hikmah.

Mengenang bahwa beliau seorang yang penyayang kepada istri-istrinya dan belas kasih kepada anak-anaknya. Mengenang betapa harum tubuhnya yang selalu bersih, yang tidak pernah lalai membersihkan dirinya, memotong kuku, juga sampai ke hal-hal yang terkecil. Dialah baginda Rasulullah Saw yang kemuliaannya dipuji para penduduk bumi dan langit.

Dia panutan kita, suri teladan bagi kita. Siapa pun yang mencintainya maka akan dibuktikan dengan kesungguhan untuk memahami dan mensuriteladani beliau. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada baginda tercinta Rasulullah yang mulia, keluarganya, keturunannya, dan umatnya yang menetapi jejak mereka denga  ihsan. Alangkah rugi jika hidup yang sekali-kalinya ini harus diisi dengan kecintaan pada figur-figur lain yang jauh dari keteladanan akhlah Rasul. Orang-orang yang mencintai Rasul, dia akan meniti jejaknya serta hidup berjuang membela risalahnya. Wallahu a’lam.1


1. Abdullah  Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002, cet.1), hal 5

 

[Anisa Indrian] Shalat sebagai penegak tiang-tiang agama

Anisa Indriani/ 1112051100053/085697042910/sayanisaaa@gmail.com

Artikel 3/jurnalistik 2/B

Shalat yang dalam bahasa indonesia berarti do’a, yang kemudian diartikan sebagai ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut beberapa syarat yang tertentu.

Dalam syariah shalat merupakan hal yang terpenting kedua setelah dua kalimat syahadat. Sebagai umat islam beriman kita wajib mengerjakan shalat lima waktu seperti apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu menjauhkan perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar. (Q.S. Al-Ankabut/29: 45)

Orang yang senantiasa mengerjaka shalat dengan tepat waktu dan bersungguh-sungguh mengharapkan ridha-Nya maka akan selalu terpelihara dari perbuatan yang keji dan munkar, perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh Allah.

Shalat merupakan satu-satunya rukun islam yang diperintahkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui peristiwa Isra Mi’raj, hal itu terjadi bukan karena kebetulan  melainkan menandakan betapa pentingnya kedudukan shalat dalam agama islam.

Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama. (HR. Baihaqi)

Kewajiban menegakkan shalat bukan hanya kewajiban sebagian muslim, tetapi bagi semua umat muslim diseluruh dunia. Dalam hadits diatas telah jelas bahwa barang siapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah merubuhkan agama. Orang yang tidak mengerjakan shalat kelak akan mendapatkan pembalasan yang setimpal pada hari penghitungan nanti.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabar kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Q.S. At-Thaahaa/20: 132)

Setiap muslim memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan kebaikan kepada keluarga, kerabat, teman, dan sebagainya, termasuk mengingatkan untuk selalu mengingat Allah dan mendirikan shalat agar terhindar dari panasnya api neraka.

Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya. (Q.S. Al-Ma’un/107: 4-5)

Semoga dalam hidup ini, kita termasuk orang-orang yang mengukuhkan tiang-tiang agama Allah, dicintai Allah dan senantiasa dilindungi oleh-Nya. Amiin.

Tobat sebagai sarana mendekatan diri kepada Allah

 

Manusia adalah manusia yang tidak sempurna, selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa dan kesalahan. Sebagai manusia yang sadar akan adanya kehidupan setelah meninggal, maka pentinglah untuk selalu meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat atau yang disebut dengan taubat guna meningkatkan kualitas hidup di dunia maupun di akhirat.

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai…. (Q.S. At-Tahriim/66: 8)

Orang yang senantiasa menyadari kesalahannya dan bertaubat kepada Allah, merekalah orang-orang yang beruntung, seperti apa yang difirmankan oleh Allah.

Dan bertobatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung. (QS. An-Nur/24: 31)

Nabi Muhammad SAW. adalah teladan bagi semua umat muslim dimana pun mereka berada. Walaupu rasulullah telah terpelihara dari perbuatan keji dan munkar, beliau tetap selalu bertaubat kepada Allah SWT.

Wahai sekalian manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya dalam sehari semalam sebanyak seratus kali. (HR. Muslim)

Alangkah baiknya apabila kita sebagai manusia biasa juga senantiasa bertaubat kepada Allah atas segala dosa yang pernah kita perbuat.

Salah satu cara mencapai kualitas hidup yang baik dunia dan akhirat diantaranya adalah dengan bertaubat atas segala dosa dan bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan yang tercela, dengan cara seperti itu maka dengan ridha Allah kita akan mendapatkan kemudahan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rohmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar/39: 53)

Sebesar apapun dosa yang telah diperbuat oleh seorang manusia, apabila ia menyadari dan bertaubat, selalu ada pengampunan dari Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang jauh dari jalan-Nya dan semoga kita termasuk kedalam golongan yang selalu bertaubat karena mengharap keridhaan Allah. Amiin.

[Qoribatul Choiriyah] Tanggung Jawab Manusia Kepada Allah

Qoribatul Choiriyah / 1112051100055)/ choi.raeri1415@gmail.com/ 087875430498

Artikel 3/ Jurnalistik  2B

Manusia adalah hamba Allah, hamba yang diharuskan selalu berbakti kepada majikannya yaitu tuhan semesta alam Allah SWT. Posisi manusia sebagai hamba Allah harus benar-benar diusahakan dan diperjuangkan. Setiap individu manusia mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT. Tugas yang harus dijalankan dengan keimanan dan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kelak manusia akan dimintai pertanggungjawabannya, tetang apa yang telah ia lakukan dan bagaimana ia menjalankan tugas sebagai hamba-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim : 6) Tugas yang dipertanggung jawabkan adalah ibadah dan ketakwaan yang manusia persembahkan hanya kepada Allah SWT.

Tuntutan ibadah dan ketakwaan tersebut bukan berarti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketakwaan tersebut bukan berarti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketakwaan itu, sebab Allah akan tetap Maha Agung dan Maha Besar walaupun tak ada seorang pun manusia yang menyembahnya, Dia akan berdiri sendiri dengan Dzat-Nya sendiri.

Tanggung jawab manusi terhadap allah swt adalah seperti berikut;

1. Mengabdikan diri kepada Allah swt dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut syariat yang ditetapakan oleh agama.

2. Melaksanakan amanah Allah swt memelihara dan mengawal agama Allah serta ajaran Allah swt seperti FirmanNya; Surah Al Ahzab; 72 “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serata gunung-gunung (untuk memikul) maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat meyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”- (Surah Al Ahzab: 72)

3. Melaksanakan amar makruf, nahi mungkar, yaitu sebagai khalifah Allah swt bertanggung jawab menyebarkan Islam.

4. Menjaga kesucian agama, dengan menegakkan Islam dengan berdakwah dan melaksanakan syariat Islam  yang telah ditetapkan agama.

5. Bertanggung jawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga dari azab neraka

 

[Hilda Dziah Azqiah SM] SYAHADAT DAN IMAN

Hilda Dziah Azqiah SM/ 111205110035/ dziah.azkia@yahoo.com/ 083899606318

Artikel 3/ Jurnalistik 2B

Dua kalimat syahadat. Ada tiga tuntutan dua kalimah syahadat yaitu: Pengucapan, pengi’tiqadan, pengamalan.

Maka jika dua kalimah syahadat yang merupakan rukun islam, hanya diucapkan tanpa dii’tiqadkan, niscaya dua kalimah syahadat itu belum lengkap, sehingga pada hakikatnya tidak sah di sisi Allah di gunakan untuk ber_islam”, sebagaimana wudhu’  tidak sah digunakan untuk bershalat, sebelum wudhu’ itu lengkap, walaupun hanya tinggal mencuci ujung kaki.

Pelajaran kalimat tauhid dan dua kalimah syahadat itu, memerlukan ketekunan dan waktu. Mengingat ar-rasul sayyidana muhammad saw. Menyampaikan di makkah lebih dari 12 tahun. Padahal, hanya beliau yang paling cerdas menyampaikannya, dan para sahabatlah yang paling cerdas memahaminya. Itu, juga menunjukkan bahwa kalimat tauhid dan dua kalimah syahadat itu adalah yang paling penting dan yang menentukan sah atau batalnya keislaman seseorang di sisi Allah.

Terjemahan syahadat pada bahasa, adalah penyaksian. Dan tingkatan syahadat/penyaksian itu, lebih tinggi dari pengakuan. Karena, setiap syahadat/penyaksian itu, lebih tinggi dari pengukuan. Karena, setiap yang bersaksi itu pasti mengaku, dan setiap yang mengaku itu tidak pasti bersaksi. Maka dari itu, juga dapat dipahami, bahwa setiap penyaksi” yang tidak mengaku, adalah “penyaksi palsu”.

Semoga Allah memelihara kita dari prasangka, bahwa masih ada muslim mukallaf yang belum melengkapi dua kalimah syahadatnya. Yang penting bagi kita, mengulang-ulangi pelajaran islam. Karena, pelajaran islam itu, walaupun telah diketahui, dan telah diamalkan, namun mempelajarinya tetap berpahala, utamanya pelajaran kalimah tauhid dan dua kalimah syahadat.

Rasulullah saw. Bersabda:

“perbaharuilah iman kalian, dikatakan: hai rasulullah bagaimanaa kami dapat memperbaharui iman kami? Rasul bersabda: berbanyak dari ucapan lailaha illah”. (al-hakim: 7657).

Dan semoga rangkaian ini bukan untuk menilai muslim siapapun. Karena, aqidah itu dalam qalbu, tetapi semoga Allah memberi kita hidayah & taufiq berupa i’tiqad dan keyakinan, bahwa kita masih tetap dalam islam.

Agar seseorang mengenal diri secara benar, maka dia hendaklah beriman dengan jalan memahaminya. Karena, tampa iman kenal diri adalah palsu, dan apa saja yang disampaikan oleh masyayikh/guru-guru dari mas’alah islam, itu hanya bagaikan nayayian-nyanyian. Semoga Allah memberi kita pertolong untuk istiqamah dalam iman dengan memahaminya.

Rasullullah saw. Bersabda:

(“Iman itu) bahwa engkau beriman kepada Allah dan para malaikat-nya dan para rasulnya dan hari akhirat dan engkau beriman kepada takdir yang baiknya dan yang buruknya”. (muslim : 93).

Tingkatan iman itu, adalah di atas tingkatan ilmu. Karena, setiap orang yang beriman itu pasti berilmu, dan tidak setiap orang yang berilmu itu pasti beriman. Contoh fir’aun berilmu tetapi dia tidak beriman.

Dan sebagaian dari ilmu itu, adalah ilmu pasti. Contoh : 2 + 2 = 4, yang kepastiannya dalam qalbu tidak dapat di goda.

Dan bagaimanapun kepastian ilmu pasti itu, tetaplah ilmu. Berarti, hakikat iman itu lebih pasti dari kepastian ilmu pasti, yang berarti iman itu lebih tidak dapat di goda, tetapi manusialah yang dapat dogoda oleh godaan-godaan. Karena, kenyataan iman itu di dunia, tidak seperti kenyataan ilmu pasti, dan iman itu adalah mas’alah yang gaib, yang tidak dapat dicapai atau dijangkau oleh hanya semata-mata ilmu.

IMAN ITU ADALAH UCAPAN LISAN, I’TIQAD QALBU, DAN DIBUKTIKAN OLEH AMAL

 

PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH DAN MANFAATNYA UNTUK MERAIH SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT

Artikel 3 Mei 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAIIM

Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat, terutama untuk meraih sukses dunia dan akhirat

Dalam kenyataan yang sebenarnya, manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup tanpa pengalaman pertemuan dengan Allah melalui kekuatan-Nya, walaupun pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadarinya

Manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan Allah, karena memang tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah. Karenanya, manusia itu sebenarnya juga  tidak pernah bisa berdiri sendiri, terpisah, dan terlepas dari kekuatan Allah

Dengan kata lain, manusia itu pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah, setelah ia menyadari hubungannya dengan kekuatan Allah yang terputus akibat ketidaktahuan, kelupaan, dan ketidaksadarannya

Oleh sebab itu, keterpisahan itu sebenarnya ilusi atau khayalan karena dalam kenyataannya manusia memang tidak pernah bisa terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah

Dengan demikian, pengalaman pertemuan dengan Allah itu bukan omong kosong dan bohong-bohongan yang tidak ada manfaatnya,  tetapi sangat bermanfaat bagi orang yang ingin meraih suksaes dalam hidupnya di dunia dan di akhirat

Melalui surat-surat yang dikirimkan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya, Allah sendiri menjelaskan bahwa Allah itu dekat dengan manusia bahkan lebih dekat dari pada urat lehernya (QS. 2:186; 50:16), Allah itu selalu bersama manusia dimanapun ia berada (QS. 57:4), Allah menganjurkan agar manusia bertemu Allah (QS. 29:5), Allah menjamin kepastian manusia bisa bertemu Allah (QS. 84:6), Allah menunjukkan caranya agar manusia bisa bertemu Allah (QS. 18:110), Allah mengancam manusia yang tidak mau bertemu Allah (QS. 10:7-8; 10:11), Allah menunjukkan bahwa manusia bisa bertemu Allah di dunia ini (QS. 17:72; 22:46), dan Allah juga memerintahkan manusia agar berdoa niscaya Allah mengabulkan doa manusia (QS. 40:60).

Allah juga menjelaskan (lebih dari 60 x) bahwa kepunyaan-Nya lah segala apa yang ada di langit dan di bumi  dan di antara keduanya (QS. 2:255; 20:6; dst.). Penjelasan Allah tersebut jika dipahami sebagai kenyataan yang sebenarnya bisa menyadarkan manusia bahwa wujud yang selain Allah itu termasuk wujud manusia adalah wujud pinjaman dan wujud tergantung, dalam arti jika tidak diciptakan tidak ada. Dengan kata lain, manusia itu tidak pernah bisa berdiri sendiri saecara terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak terbatas.

Pada umumnya kebanyakan orang belum memahami penjelasan Allah tersebut  sebagai kenyataan yang sebenarnya, dan baru memahaminya sebatas sebagai pernyataan yang sebenarnya, yaitu bahwa firman Allah itu benar dan tidak mengandung keraguan. Akibatnya, kebanyakan orang tidak merasakan kedekatan dengan Allah, tidak merasakan kebersamaan dengan Allah, tidak merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah, tidak mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih-Nya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa yang bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah itu hanya para Rasul, Nabi, Wali, padahal Allah sendiri menjelaskan bahwa siapa saja bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah bila manusia beriman dan selalu bertaqwa (QS. 10:62-64).

Setelah 30 tahun lebih mencari Allah, saya menemukan banyak orang yang juga mencari Allah, banyak yang berhasil, dan bahkan ada yang menuliskan kisah perjalanannya, hasil-hasil perjalanannya, dan cara untuk mencapainya. Misalnya Al-Gazali dengan kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin, Mi’rajus Salikin, Mihrabul ‘Arifin, Minhajul ‘Abidin; Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan kitabnya Futuhul Ghaibi, Fathur Rabbni, Sirrul Asrar, Ghunyah al-Thalibin; Ibnu ‘Athaillah As-Sukandari dengan kitabnya Al-Hikam, Ibnu Arabi dengan kitabnya Futuhat Al-Makiyah, Fusus Hikam; Mulla Shadra dengan kitabnya Al-Asfar Al-Arba’ah; Muhammad Iqbal dengan karyanya yang termasyhur Asrar-i Khudi (Rahasia-rahasia pribadi) dan Reconstruction (Membangun kembali pemikiran agama dalam Islam) dan lain-lainnya yang jumlahnya sangat banyak sekali

Orang yang mengetahui bahwa manusia itu bisa tahu, kenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, pasti ingin mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, karena Allah itu Maha Kuasa dan Maha Penolong, dan dalam kenyataan yang sebenarnya manusia itu memang tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan Allah dan pertolongan Allah

Lagi pula, orang yang telah mengenal Allah, bisa merasakan kedekatan dengan Allah, bertemu Allah, mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah pasti juga bisa merasakan dan mengalami petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah

Para Rasul, para Nabi, para Wali, dan orang-orang yang telah mengalami pertemuan dengan Allah pasti bisa merasakan kedekatan dan kebersamaan dengan Allah sebagai pemberi petunjuk, penolong, dan pelindungnya sehingga hidupnya menjadi lapang, tenang, dan menyenangkan karena merasa selalu dekat dan bersama Allah yang Maha Kuasa sebagai penolong dan pelindungnya.

Itulah sebabnya, Allah memerintahkan manusia mengulang-ngulang pernyataan yang dalam sehari-semalam tidak kurang dari 17 x: “Hanya kepada Engkaulah Kami menyembah (tunduk, patuh, dan taat serta mengikuti petunjuk, melaksanakan perintah, dan menjauhi larangan-Nya), dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. 1:5), agar manusia selalu mendapatkan pertolongan Allah dalam mengatasi dan memecahkan segala masalah yang dihadapi dalam hidupnya serta agar manusia bisa merasakan dan mengalami sendiri bahwa manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup dan beraktifitas tanpa kekuatan dan pertolongan Allah SWT.

Perjalanan menuju Allah dan mencari Allah itu unik dan tiada duanya, semakin jauh perjalanan semakin banyak yang ditemukan, dan kita semakin menyadari bahwa yang belum kita temukan itu semakin banyak dan jumlahnya tak terbatas karena wujud Allah itu memang tidak terbatas. Sungguhpun begitu, saya yakin bahwa pengalaman yang sedikit itu pasti sangat bermanfaat bagi yang memerlukannya

Melalui program Liqa’ Allah, kami memperkenalkan cara mudah bertemu Allah agar banyak orang bisa merasakan kedekatan dengan  Allah (Qurbah), merasakan kebersamaan dengan Allah (Ma’iyah), merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), agar kita bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.

Semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan kesanggupan serta dimudahkan Allah untuk  bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah dan menjadi kasih Allah agar kita bisa selalu berada dalam limpahan rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 11-5-2013

S. Hamdani

 

Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,

atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

[Mohamad Firman Hadi] Husnudzan Kepada Allah Sang Maha Pencipta

Mohamad Firman Hadi/ 1112051100038/ fvierman.jurno@gmail.com/ 08977127917
Artikel 3/ Jurnalistik/ 2B

Husnudzan kepada Allah Ta’ala merupakan ibadah hati yang paling jelas. Namun ini tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Husnudzan (berperasangkan baik) kepada Allah adalah meyakini Asma’, sifat serta perbuatan Allah yang layak bagi-Nya. Sebuah keyakinan yang menuntut pengaruh yang  nyata. Misalnya, meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini, Allah mempunyai hikmah yang sempurna dalam setiap yang Dia takdirkan dan tentukan.

Bagi kita yang menyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, akan sangat bersyukur bila merenungi bahwa kenikmatan hidup di dunia adalah rahmat dari-Nya. Dunia beserta isinya merupakan salah satu rahmat yang diberikan Sang Maha Pencipta kepada mahluk-mahluknya, masih ada 99 rahmat Allah yang akan diberikan di akhirat nanti.

Dapat dikatakan bahwa manusia sebagai hamba-Nya diberi satu ujian dengan satu kenikmatan di dunia dan apabila ujian tersebut berhasil, akan diberikan reward yaitu 99 rahmat lainnya yang ada setelah kiamat dan hancurnya dunia ini, ke-99 rahmat itu berupa surga beserta isinya. Untuk itu kita wajib bersangka baik kepada Sang Maha Pencipta.

Bagaimana kita dapat bersyukur kalau hati kita tidak memiliki prasngka baik kepada Sang Maha Pencipta, mungkin baru diberikan Al Qur’an sudah menyakini tidak benar dan dianggap itu hanya karangan Nabi Muhammad SAW. Disuruh untuk berpuasa, shalat, dan berzakat tidak dilaksanakan, males lah alasannya, nggak kuat lah. namun kebalikannya diharamkan memakan babi, minum-minuman keras, dan berzina, malah dilakukan. Padahal begitu banyak kebaikan dibalik semua perintah tersebut bila kita menyadarinya.

Bersangka baik dengan menganggap bahwa Allah menurunkan Al Qur’an dan rasul-rasulnya (utusannya) akan membuat kita menjadi orang yang bertakwa kepada-Nya dan berusaha melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan apabila bersangka buruk kepada-Nya, ciptaannya, dan utusannya akan membuat kita khilaf dan mencintai dunia, para utusan Allah dibunuh, kitab sucinya dibakar dan disulap sesuai nafsunya, akibatnya kita akan makin jauh dari-Nya.

Sebagai manusia, hamba-Nya yang lemah haruskah menentangnya. Sang Maha Pencipta menurunkan Al Qur’an sebagai pedoman bagi umat manusia, manusia malah menciptakan kitab-kitab lain yang membuat kita semakin jauh darinya. Saat ini dapat kita lihat bagaimana manusia telah menistakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad SAW yang dipilihnya diantara manusia lain sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, husnuzan kepada Allah tidak terjadidengan meninggalkan perkara wajib dan mengerjakan kemaksiatan. Siapa yang meyakini hal itu bermanfaat baginya maka ia tidak menetapkan sebagian dari nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah yang layak dan sesuai bagi-Nya. Sungguh ia telah mengelincirkan dirinya pada keburukan dan perangkap syetan. Sementara orang-orang beriman, secara bersamaan memperbagus amalnya dan memperbagus perasangkanya kepada Allah bahwa Dia akan menerima amal-amal shalihnya. Dan saat menghadapi kematian, mereka berperasangka baik kepada Allah bahwa Dia memaafkan kesalahan dan mengampuni dosa-dosanya serta merahmatinya. Diharapkan, Allah mewujudkan perangka baiknya tersebut kepada mereka sebagaimana yang sudah dijanjikan oleh-Nya.

[Eva Fauziah] Al-Quran KItab Allah

Eva Fauziah/ 085711159728/ 1112051100034/ bgirlevee@gmail.com

Artikel 3/ Jurnalistik/ 2b

Al-Quran atau Quran (bahasa Arab: القرآن al-Qur’ān) ialah kitab suci bagi umat Islam. Menurut ajaran Islam, al-Quran ialah wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. melalui perantaraan malaikat Jibril yang sampai ke zaman sekarang secara mutawatir. Perihal diturunkan al-Quran mempunyai kaitan rapat dengan Lailatul Qadar. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad secara beransur-ansur dalam tempoh 23 tahun.Dalam salah satu ayat yang terdapat di dalam Al-Quran Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan kamilah yang akan menjaganya”. (AL Hijr 15:9)

Lafaz al-Quran dari segi bahasa adalah bacaan atau himpunan huruf dan kalimah. Ini berdasarkan firman Allah:Sesungguhnya Kamilah Yang berkuasa mengumpulkan al-Quran itu (dalam dadamu), dan menetapkan bacaannya (pada lidahmu); Oleh itu, apabila Kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, Dengan perantaraan Jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu; (surah al-Qiyamah, 75:17-18)Manakala dari segi istilah pula, al-Quran ialah kalam Allah yang bermukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab, diriwayatkan secara mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah, bermula dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah an-Naas.

Bukti Al Quran Datang Dari AllahMengenai bukti bahawa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahawa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dalam menentukan dari mana asal Al-Quran, akan kita dapatkan tiga kemungkinan.* Pertama, kitab itu dan * Kedua, karangan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. * Ketiga, berasal dari Allah swt.

Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab Al-Quran adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab merupakan kemungkinan yang tertolak. Dalam hal ini Al-Quran sendiri telah menentang mereka untuk membuat karya yang serupa. Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, ada tentangan dari Al-Quran dan usaha dari mereka untuk menjawab tentangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam., adalah kemungkinan yang juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. adalah orang Arab juga. Bagaimanapun cerdiknya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Oleh kerana itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam..

WAHYU itu Jelas datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. namun tetap kita harus beriman juga kepada Rosul Shallallahu’alaihi Wasallam.” karena wahyu itu datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala melalui malaikat hingga kepada mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa yaitu Nabi dan Rosul Shallallahu’alaihi Wasallam.” dan semua wahyu-wahyu Allah subhanahu wa ta’ala telah disempurnakan pada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.” tiada lain adalah Kitab Suci Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup umat manusia sampai akhir zaman.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah :Artinya: Bila Kamu sekalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Alquran), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Alquran) dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kami tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir. ( Albaqarah 23-24).

[Muhammad Zaeni Dahlan] Pentingnya Pendidikan Islam Bagi Kita

Muhammad Zaeni Dahlan/ 1112051100030

Artikel 3/Jurnalistik/ 2B
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103).
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.  Sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam hendaknya kita mengetahui sejauh mana pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi pengetahuan tentang pendidikan Islam sangat minim yang berakibat tindakan dan tingkah lakunya tidak layak disebut sebagai orang Islam.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)

[Tria Hermalis] Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur’an

Tria Hermalis/ 1112051100054

Artikel 3 / Jurnalistik/ 2 B

Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur’an berbicara: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.

Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya).” (QS. Al Furqaan: 68-70.).

Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?

Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:

“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:

“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian.” (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami’ Shagir – 5235)

Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo’a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS.Ghaafir: 7-9).

Terdapat banyak ayat dalam Al Qur’an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.

Seperti dalam firman Allah SWT:

“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? .” (QS. At-Taubah: 104)

“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syuuraa: 25)

Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (QS. Ghaafir: 3)

Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri:

“Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)

“Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al An’aam: 54)

“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)

Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “at-Tawwab” (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do’a Ibrahim dan Isma’il a.s.:

“Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 128).

Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:

“Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang .” (QS. Al Baqarah: 54)

Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:

“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)

Kebahagiaan dengan Kesenangan atau Ketenangan

INDAH PERMATA SARI (1112051100051)

 ARTIKEL 3/ JURNALISTIK/ 2B

Setiap manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, di manapun ia berasal. Orang miskin, kaya, anak kecil, dewasa, tua, guru, mahasiswa, bahkan pelaku kejahatan menginginkan kebahagiaan. Tetapi di dalam kehidupan ini, ada dua tipe cara manusia mencari kebahagiaan. Yang pertama mereka yang mencari kebahagiaan dengan kesenangan, lalu yang kedua mereka yang mencari kebahagiaan dengan ketenangan.

Pertama, kebanyakan manusia mencari kebahagiaan dengan tipe ini. Mereka mencari kebahagiaan hanya untuk kesenangan sesaat. Mereka merasa bahwa kesenangan yang mereka dapatkan itu adalah prioritas utama karena mereka berfikir “hidup hanya sekali, maka nikmatilah hidup”. Padahal setelah kehidupan di dunia ada lagi kehidupan abadi yaitu di akhirat, surga dan neraka. Mereka yang hanya mencari kesenangan hidup sudah pasti akan hidup abadi di neraka. Allah berfirman,” …kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (al-Imran(3):185). Mereka yang hidup seperti ini, hanyalah orang-orang yang mencari kesenangan dunia, harta, nafsu, pangkat, kekuasaan dan kesenangan sementara lainnya. Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang lupa akan tugas mereka sebenarnya yaitu menjadi Khalifah di Bumi. Sesunguhnya Allah mencintai hambanya yang patuh dan membenci umatnya yang ingkar dan seluruh makhluk akan mengikuti perintah Allah. Potensi kecintaan seluruh makhluk kepada seorang hamba yang dicintai Allah s.w.t itu telah dinyatakan oleh sebuah Hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila Allah s.w.t mencintai seorang hamba niscaya memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, oleh karena itu cintailah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah mencintai Fulan, maka cintailah dia, sehingga semua ahli langit mencintainya. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi. Apabila Allah s.w.t memurkai seorang hamba, niscaya Dia juga akan memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku benci orang tersebut, oleh karena itu bencilah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah membenci orang tersebut, maka kamu semua membencilah kepadanya, sehingga semua ahli langit membencinya. Kemudian dia dibenci oleh semua penghuni bumi. (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, manusia yang mencari kebahagiaan lewat ketenangan. Sesungguhnya mencari ketenangan sangatlah mudah berguna bagi kehidupan manusia. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (QS ar-Ra’du:28). Ketenangan adalah kebahagiaan yang mutlak, karena lewat ketenangan ini kita akan selalu mengingat Allah, selalu dekat akan Allah dan selalu merindukan akhirat sehingga kita akan rajin beribadah untuk mencapai impian kita itu. Ketenangan juga sangat diperlukan dalam menjalani hidup saat bertemu orang-orang yang dzalim kepada kita, di saat kita diberi cobaan oleh Allah SWT. Marilah kita sebagai manusia carilah kebahagiaan yang benar, yang sejatinya kebahagiaan hanya untuk Allah karena sesungguhnya kebahagiana yang abadi adalah tempat di akhirat nanti di sisi-Nya.