[Qoribatul Choiriyah ] Menemukan Allah SWT

Qoribatul Choiriyah/ 1112051100055/ choi.raeri1415@gmail.com/ 087875430498

Artikel 2/ Jurnalistik  2B

Manusia diciptakan Allah memiliki tujuan untuk menjadikan manusia sebagai hambanya. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan sama, tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl : 78). Allah memberi potensi kepada manusia agar dapat menerima ilmu pengetahuan. Ada juga beberapa orang memiliki keterbatasan dalam dirinya, namun dalam keterbatasan itu Allah pasti memberikan kelebihan yang luar biasa.

Dengan potensi yang diberikan itu, manusia mempunyai akal pikiran untuk memilih. Apakah ia mamilih dalam jalan agama Allah atau memilih jalan yang tidak diridhai Allah. Semua pilihan itu berada dalam kehendak diri kita sendiri. Pilihan dalam menemukan Allah SWT merupakan pilihan yang kita pilih sendiri. Menemukan Allah adalah nikmat terbesar bagi manusia. Dengan menemukan Allah kita dapat merasakan kehadiran-Nya, dapat berjalan di jalan yang telah diridhai oleh Allah, dan dapat merasakan segala nikmat yang berlimpa. “ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscahaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh, Allah benar-benar Maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. An-Nahl : 18)

Oleh sebab itu, dalam pencarian menemukan Allah, manusia harus berusaha, harus berjuang, harus meraihnya dengan usaha dan menggunakan potensi yang telah diberikan Allah. Allah pun telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengajak manusia ke jalan agama islam. “ Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu ? Dan Dia telah mengambil janji (setia) mu, jika kamu orang-orang mukmin” (QS. Al-Hadid : 8). Sudah cukup jelas dengan diutusnya Nabi Muhammad, Allah bertujuan untuk supaya manusia mengenal dan menyatukan diri hanya dengan –Nya.

 

[Avissa Suseno] PUNCAK PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH ITU MENJADI HAMBA ALLAH

Avissa Suseno/ 1112051100042

ARTIKEL 4/ JURNALISTIK 2B 


Allah SWT. itu pemilik segala yang ada di langit dan di bumi dan diantaranya
keduanya. Allah SWT. itu Maha Kuasa, Maha Penolong, Maha Pelindung, Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang dengan pemberian karunia – Nya kepada manusia yang tidak terhitung
banyaknya. Karenanya, dalam kenyataan yang sebenarnya manusia itu tidak bisa hidup,
bergerak dan beraktivitas tanpa pertolongan Allah dan tanpa kekuatan Allah yang tidak
terbatas.
Allah mengirimkan para malaikat, kitab suci, para Nabi dan Rasul – Nya agar
manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat dengan Allah, bertemu dengan Allah dan
menjadi kekasih Allah di dunia ini, agar manusia bisa memperoleh kebahagiaan yang kekal
abadi dan agar manusia tidak menyesal setelah mati.
Allah SWT. menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah dan
menjadi hamba Allah : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada – Ku” (Q.S 51 :56). Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah
adalah menjadi hamba Allah. Hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah dan hanya
kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah – Nya yaitu wakil Allah di muka bumi. Hamba Allah
adalah orang yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid. Hamba
Allah adalah orang yang bisa bermitra kerja dengan yang Maha Kuasa melalui taqwa.
Hamba Allah Allah adalah orang yang bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak
terbatas melalui tawakal. Dengan bertawakal sebagai kenyataan atau dalam tataran
kenyataan, manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah yang tak terbatas
dan tidak terbagi, karena dalam kenyataannya memang tidak ada kekuatan kecuali kekuatan
Allah yang tak terbatas.
Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan Allah, merasa satu
kehendak dengan kehendak Allah dan merasa satu pengetahuan dengan Allah adalah shalat
yang khusyuk. Dalam shalat khusyuk, manusia berada di hadirat Allah, sedang menghadap
Allah, sedang menemui Allah dan sedang berdoa kepada Allah. Itulah sebabnya Rasulullah
menjelaskan bahwa shalat itu Mi’rajnya orang – orang yang beriman.
Dengan kata lain, shalat yang khusyuk adalah shalat yang dikerjakan dengan hati
yang penuh perasaan, yaitu perasaan sedang berada di hadirat Allah, perasaan sedang
menghadap Allah dan perasaan sedang berbicara, berkomunikasi dan berdoa kepada Allah.
Oleh sebab itu, jika shalat dikerjakan secara khusyuk pasti bisa mencegah manusia dari
perbuatan keji dan mungkar, karena jika seorang berkhusyuk dalam shalatnya dan diluar
shalatnya, maka pasti bisa selalu merasa dekat dengan Allah.
Dengan demikian jelaslah bahwa puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu
menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi.
Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba
Allah dan Rasul – Nya.
KESIMPULAN
Allah SWT. itu pemilik segala yang ada di langit dan di bumi dan diantaranya
keduanya. Allah mengirimkan para malaikat, kitab suci, para Nabi dan Rasul – Nya agar
manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat dengan Allah, bertemu dengan Allah dan
menjadi kekasih Allah di dunia ini, agar manusia bisa memperoleh kebahagiaan yang kekal
abadi dan agar manusia tidak menyesal setelah mati. Allah SWT. menciptakan manusia
tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah dan menjadi hamba Allah : “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada – Ku” (Q.S 51
:56). Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan Allah, merasa satu
kehendak dengan kehendak Allah dan merasa satu pengetahuan dengan Allah adalah shalat
yang khusyuk. Dalam shalat khusyuk, manusia berada di hadirat Allah, sedang menghadap
Allah, sedang menemui Allah dan sedang berdoa kepada Allah.

[Hilda Dziah Azqiah SM] SYAHADAT DAN IMAN

Hilda Dziah Azqiah SM/ 111205110035/ dziah.azkia@yahoo.com/ 083899606318

Artikel 3/ Jurnalistik 2B

Dua kalimat syahadat. Ada tiga tuntutan dua kalimah syahadat yaitu: Pengucapan, pengi’tiqadan, pengamalan.

Maka jika dua kalimah syahadat yang merupakan rukun islam, hanya diucapkan tanpa dii’tiqadkan, niscaya dua kalimah syahadat itu belum lengkap, sehingga pada hakikatnya tidak sah di sisi Allah di gunakan untuk ber_islam”, sebagaimana wudhu’  tidak sah digunakan untuk bershalat, sebelum wudhu’ itu lengkap, walaupun hanya tinggal mencuci ujung kaki.

Pelajaran kalimat tauhid dan dua kalimah syahadat itu, memerlukan ketekunan dan waktu. Mengingat ar-rasul sayyidana muhammad saw. Menyampaikan di makkah lebih dari 12 tahun. Padahal, hanya beliau yang paling cerdas menyampaikannya, dan para sahabatlah yang paling cerdas memahaminya. Itu, juga menunjukkan bahwa kalimat tauhid dan dua kalimah syahadat itu adalah yang paling penting dan yang menentukan sah atau batalnya keislaman seseorang di sisi Allah.

Terjemahan syahadat pada bahasa, adalah penyaksian. Dan tingkatan syahadat/penyaksian itu, lebih tinggi dari pengakuan. Karena, setiap syahadat/penyaksian itu, lebih tinggi dari pengukuan. Karena, setiap yang bersaksi itu pasti mengaku, dan setiap yang mengaku itu tidak pasti bersaksi. Maka dari itu, juga dapat dipahami, bahwa setiap penyaksi” yang tidak mengaku, adalah “penyaksi palsu”.

Semoga Allah memelihara kita dari prasangka, bahwa masih ada muslim mukallaf yang belum melengkapi dua kalimah syahadatnya. Yang penting bagi kita, mengulang-ulangi pelajaran islam. Karena, pelajaran islam itu, walaupun telah diketahui, dan telah diamalkan, namun mempelajarinya tetap berpahala, utamanya pelajaran kalimah tauhid dan dua kalimah syahadat.

Rasulullah saw. Bersabda:

“perbaharuilah iman kalian, dikatakan: hai rasulullah bagaimanaa kami dapat memperbaharui iman kami? Rasul bersabda: berbanyak dari ucapan lailaha illah”. (al-hakim: 7657).

Dan semoga rangkaian ini bukan untuk menilai muslim siapapun. Karena, aqidah itu dalam qalbu, tetapi semoga Allah memberi kita hidayah & taufiq berupa i’tiqad dan keyakinan, bahwa kita masih tetap dalam islam.

Agar seseorang mengenal diri secara benar, maka dia hendaklah beriman dengan jalan memahaminya. Karena, tampa iman kenal diri adalah palsu, dan apa saja yang disampaikan oleh masyayikh/guru-guru dari mas’alah islam, itu hanya bagaikan nayayian-nyanyian. Semoga Allah memberi kita pertolong untuk istiqamah dalam iman dengan memahaminya.

Rasullullah saw. Bersabda:

(“Iman itu) bahwa engkau beriman kepada Allah dan para malaikat-nya dan para rasulnya dan hari akhirat dan engkau beriman kepada takdir yang baiknya dan yang buruknya”. (muslim : 93).

Tingkatan iman itu, adalah di atas tingkatan ilmu. Karena, setiap orang yang beriman itu pasti berilmu, dan tidak setiap orang yang berilmu itu pasti beriman. Contoh fir’aun berilmu tetapi dia tidak beriman.

Dan sebagaian dari ilmu itu, adalah ilmu pasti. Contoh : 2 + 2 = 4, yang kepastiannya dalam qalbu tidak dapat di goda.

Dan bagaimanapun kepastian ilmu pasti itu, tetaplah ilmu. Berarti, hakikat iman itu lebih pasti dari kepastian ilmu pasti, yang berarti iman itu lebih tidak dapat di goda, tetapi manusialah yang dapat dogoda oleh godaan-godaan. Karena, kenyataan iman itu di dunia, tidak seperti kenyataan ilmu pasti, dan iman itu adalah mas’alah yang gaib, yang tidak dapat dicapai atau dijangkau oleh hanya semata-mata ilmu.

IMAN ITU ADALAH UCAPAN LISAN, I’TIQAD QALBU, DAN DIBUKTIKAN OLEH AMAL

 

[Hilda Dziah Azqiah] Tujuan Manusia di Ciptakan

Hilda Dziah Azqiah SM/ 1112051100035/ Dziah.azkia@ymail.com/ 083899606318

Artikel 2/ Jurnalistik 2B

Untuk apa manusia di ciptakan, jawaban jelas di dalam al-qur’an, (maa khalaktul jinna wal insaa illaa liya’buduun) tiadaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepada-Ku, maka Islam mengajarkan ada tiga kunci untuk masuk kedalam kenikmatan Allah. (Radiitu billahi rabba wabil islama diina wabimmuhammadi nnabiyya warasuula)

Raditubillahi rabba: aku ridho Allah menjadi tuhanku, ridho bukan hanya di lisan saja, tapi harus di buktikan dengan perbuatan, dan jelas harus diyakini didalam hati.Wabil islama dina: dan Islam menjadi agamaku, Islam itu bima’na selamat, keselamatan bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga harus menyelamatkan orang lain.Wabimuhammadinnabiya warasulah: dan menyakini bahwa nabi Muhammad adalah seorang rasul, tidak hanya menyakini bahwa nabi Muhammad adalah seorang rasul tapi juga menyakini bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada nabi setelah kerasulan Muhammad SAW.

Innani anallahu lailaha illa ana ba’budni:

Innani anallahu: sesungguhnya Aku adalah tuhanmu. Lailaha illa ana: tidak ada tuhan selain Aku. Dan cuma satu yang Allah minta, pa’budni: sembahlah Aku.

Ihsan yakni  menyembah Allah seolah engkau melihatnya, contoh yang paling mendasar di saat bulan ramadhan, puasa cuma Allah yang tau maka yang benar-benar melakukan ibadah puasa ramadhan adalah orang-orang yang benar merasakan kehadiran Allah sangat dekat, ibadah sholat bisa di lihat, ibadah zakat kelihatan jumlahnya, ibadah hajji kelihatan, tapi puasa tidak kelihatan, hanya kita dan Allah saja yang tahu.

Sangat bersyukur sekali kita diciptakan Allah dan menjadi hamba Allah, karena kita sudah berada di agama Allah yaitu Islam. Islam selalu member kemudahan dalam kehidupan kita karena kita mempunyai dua pedoman yang sangat jelas dan memberi petunjuk yaitu al-qur’an dan hadits. Kita hanya beribadah kepada Allah karena tiada tuhan selain Allah, tiada yang pantas disembah dan diibadahi selain Allah.

Jika ada tuhan selain Allah sangat mustahil, kita dapat mengetahui cerita masa lalu hanya dapat menemukan jelas didalam Al-qur’anil Karim. Dan hanya manusia lah yang disebut makhluk Allah yang sempurna karena mempunyai akal pikiran serta nafsu yang melengkapi kehidupannya.

Dan kita diciptakan karena untuk dimatikan sehingga kita hidup ini haruslah menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan Allah. Kita akan mencapai surga Allah jika tetap teguh berpedoman kepada Al-qur’an dan hadits. Hidup dunia dan akhirat akam kita rasakan bahagia karena kita mempunyai kunci surga dan mengetahui serta melaksanakan petunjukNya.

i

DESKRIPSI MANFAAT PENGALAMAN PERTEMUAN MANUSIA DENGAN ALLAH

Artikel 5 Juni 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

 

  1. Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu jenis dan macamnya tidak terbatas dan manusia bisa mendapatkannya sebanyak kesanggupan dan sesuai kebutuhannya
  2. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan dari yang selain Allah (thaghut)
  3. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menyelamatkan manusia dari musuhnya yang paling berbahaya yaitu nafsu dan setan
  4. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa meningkatkan derajat manusia ke tingkat derajatnya yang tertinggi sebagai hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi.
  5. Pengalaman pertemuan manusia dengan Allah itu bisa mengantarkan manusia kembali kepada Allah di dunia ini, jika jiwanya telah tenang (nafsul muthmainnah)
  6. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menguatkan dan menyehatkan jiwa raga manusia, bisa menyembuhkan, menghilangkan penyakit, dan menghilangkan rasa sakit bagi mereka yang punya ilmunya dan tahu rahasianya
  7. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa membangkitkan semangat kerja keras, dan semangat berjuang di jalan Allah tanpa batas
  8. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mengatasi rasa cemas, khawatir, takut, bingung, dan stres
  9. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa menimbulkan optimisme, rasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bahwa harapan bisa terwujud dengan kuasa Allah
  10. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa mendatangkan inspirasi, ide, gagasan, dan mendorong timbulnya kreatifitas dalam seluruh aspek kehidupan
  11. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari-hari terutama dalam mengalahkan, menguasai, dan mengendalikan nafsu, serta mengalahkan sebagai musuh manusia yang paling berbahaya
  12. Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat dan bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kualitas tauhid, taqwa, dan tawakal
  13. Pengalaman pertemuan dengan Allah bisa membangunkan manusia dari tidur lelapnya di alam bendawi, sehingga manusia bisa memasuki alam Ilahi yang kekal abadi dengan kekuatan Allah, dalam kekuasaan Allah, untuk Allah, dan bersama Allah
  14. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid, bermitra kerja dengan Allah yang maha kuasa melalui taqwa, dan bersinergi dengan kekuatan Allah yang tak terbatas melalui tawakal
  15. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah dalam tawakal, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah dalam taqwa, dan merasa satu pengetahuan-wujud dengan pengetahuan dan wujud Allah dalam tauhid wujudiyah (tauhid al-wujud-tauhidulwujud)
  16. Dengan pengalaman pertemuan dengan Allah yang berat jadi ringan, yang sulit jadi mudah, yang tidak mungkin jadi mungkin, dan semua masalah bisa diatasi dan dipecahkan dengan pertolongan dan kuasa Allah
  17. Manusia bisa memanfaatkan dan memberdayakan pengalaman pertemuannya dengan Allah samapai tak terbatas jika punya ilmunya, mengetahui teori dan caranya
  18. Manfaat pengalaman pertemuan dengan Allah itu bisa terus dikembangkan sampai tak terbatas sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman
  19. Akhirnya, semoga Allah SWT. memberi kita semua kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk bisa mengenal Allah, bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa bersama Allah, bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), bisa menjadi hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan menjadi kekasih Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

 

Jakarta, 15-3-2013

S. Hamdani

 

 

Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,

atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya,

email: hamniah@gmail.com/08158824119

 

PUNCAK PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH ITU MENJADI HAMBA ALLAH

Artikel 4 akhir Mei 2013

 BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

 

Allah SWT. itu Pemilik segala yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya (QS. 2:255; 20:6). Allah SWT. itu Maha Kuasa, Maha Penolong, Maha Pelindung, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (QS. 1:1-7) dengan pemberian karunia-Nya kepada manusia yang tidak terhitung banyaknya (QS. 16:18). Karenanya, dalam kenyataan  yang sebenarnya manusia itu tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa pertolongan Allah dan tanpa kekuatan Allah yang tidak terbatas.

Oleh sebab itu, andaikan manusia itu mengetahui bisa tahu, kenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, maka semua orang pasti ingin mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini.

Itulah sebabnya, Allah mengirimkan para malaikat, kitab suci, para Nabi dan Rasul-Nya agar manusia bisa mengetahui, mengenal, dekat dengan Allah (QS.2:186), bertemu Allah (QS. 29:5) dan menjadi kekasih Allah (QS. 3:31) di dunia ini, agar manusia bisa memperoleh kebahagiaan yang kekal abadi, dan agar manusia tidak menyesal setelah mati (QS.23:99-100).

Dengan demikian harus ada upaya yang konstruktif, terencana, terprogram, terus menerus, dan berkelanjutan agar manusia bisa mengetaui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini. Untuk itu, Pusat Kajian Liqa’ Allah menyelenggarakan Program Pendalaman Pemahaman dan Peningkatan Pengalaman Keagamaan dalam rangka penguatan iman dan pemantapan aqidah, serta dalam rangka peningkatan kualitas tauhid, taqwa, dan tawakal.

Allah SWT. menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51:56).

Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah adalah menjadi hamba Allah. Hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi.

Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa segala yang ada di langit dan di bumi itu milik Allah, termasuk jiwa-raga, dan dirinya sendiri (QS. 2:255; 20:6). Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa Allah itu Pemilik, Penguasa, Pengatur, Penjaga, Pemelihara, Pembimbing, Penolong, Pelindung, dan Yang Mengurus seluruh ciptaan-Nya.

Hamba Allah adalah orang yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid. Hamba Allah adalah orang yang bisa bermitra kerja dengan yang Maha Kuasa melalui taqwa. Hamba Allah adalah orang bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas melalui tawakal.

Hamba Allah adalah orang yang bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal. Bukan hanya tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai keyakinan dan pernyataan, tetapi juga tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai kenyataan atau sebagai ekspresi Realitas yang sebenarnya.

Dengan bertawakal sebagai kenyataan atau dalam tataran kenyataan, manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah yang tak terbatas dan tidak terbagi, karena dalam kenyataannya memang tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah yang tak terbatas (Laa haula wa laa quwwata illa billah).

Dengan bertaqwa dalam tataran kenyataan atau sebagai kenyataan, manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, karena dalam kenyataannya manusia memang tidak bisa menghendaki jika Allah tidak menghendaki manusia bisa berkehendak. “Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (QS. 81:29).

Dengan bertauhid dalam tataran kenyataan atau sebagai kenyataan, manusia bisa merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah, karena segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah (termasuk semua pengetauan) (QS. 2:156).

Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dan merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah adalah shalat yang khusyuk.

Dalam shalat yang khusyuk, manusia itu berada di hadirat Allah, sedang menghadap Allah, sedang menemui Allah, sedang berbicara dengan Allah, dan sedang berdoa kepada Allah (QS. 2:45-46). Itulah sebabnya, Rasulullah menjelaskan bahwa shalat itu “Mi’rajul mukminin” (Mi’rajnya orang-orang yang beriman)

Dalam shalat yang khusyuk, manusia bisa merasa mengetahui dengan pengetauan Allah, manusia bisa merasa menghendaki dengan kehendak Allah, dan dalam shalat yang khusyuk manusia bisa merasakan seluruh aktifitasnya dalam shalat, yaitu seluruh gerakan dan bacaan dalam shalatnya berlangsung dengan Qudrah, Iradah, dan Ilmu Allah.

Dengan kata lain, shalat yang khusyuk adalah shalat yang dikerjakan dengan hati yang penuh perasaan, yaitu perasaan sedang berada di hadirat Allah, perasaan sedang menghadap Allah, dan perasaan sedang berbicara, berkomunikasi, dan berdoa kepada Allah.

Oleh sebab itu, jika shalat itu dikerjakan dengan khusyuk pasti bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, karena jika manusia khusyuk dalam shalatnya dan di luar shalatnya, maka dia pasti bisa selalu merasa dekat dengan Allah (Qurbah), pasti bisa merasa selalu bersama Allah (Ma’iyah), pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), pasti bisa merasa mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah (Mahabbah).

Dengan demikian jelaslah bahwa puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya (“Abduhu wa Rasuluhu). Sedangkan puncak pengalaman keagamaan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia selain Nabi dan Rasul-Nya adalah hamba dan khalifah-Nya.

Akhirnya, semoga Allah SWT. memberi kita semua kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk bisa mengenal Allah, bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa bersama Allah, bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), bisa menjadi hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan menjadi kekasih Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 24-5-2013

S. Hamdani

Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,

atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH DAN MANFAATNYA UNTUK MERAIH SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT

Artikel 3 Mei 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAIIM

Pengalaman pertemuan dengan Allah itu sangat bermanfaat, terutama untuk meraih sukses dunia dan akhirat

Dalam kenyataan yang sebenarnya, manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup tanpa pengalaman pertemuan dengan Allah melalui kekuatan-Nya, walaupun pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadarinya

Manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan Allah, karena memang tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah. Karenanya, manusia itu sebenarnya juga  tidak pernah bisa berdiri sendiri, terpisah, dan terlepas dari kekuatan Allah

Dengan kata lain, manusia itu pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah, setelah ia menyadari hubungannya dengan kekuatan Allah yang terputus akibat ketidaktahuan, kelupaan, dan ketidaksadarannya

Oleh sebab itu, keterpisahan itu sebenarnya ilusi atau khayalan karena dalam kenyataannya manusia memang tidak pernah bisa terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah

Dengan demikian, pengalaman pertemuan dengan Allah itu bukan omong kosong dan bohong-bohongan yang tidak ada manfaatnya,  tetapi sangat bermanfaat bagi orang yang ingin meraih suksaes dalam hidupnya di dunia dan di akhirat

Melalui surat-surat yang dikirimkan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya, Allah sendiri menjelaskan bahwa Allah itu dekat dengan manusia bahkan lebih dekat dari pada urat lehernya (QS. 2:186; 50:16), Allah itu selalu bersama manusia dimanapun ia berada (QS. 57:4), Allah menganjurkan agar manusia bertemu Allah (QS. 29:5), Allah menjamin kepastian manusia bisa bertemu Allah (QS. 84:6), Allah menunjukkan caranya agar manusia bisa bertemu Allah (QS. 18:110), Allah mengancam manusia yang tidak mau bertemu Allah (QS. 10:7-8; 10:11), Allah menunjukkan bahwa manusia bisa bertemu Allah di dunia ini (QS. 17:72; 22:46), dan Allah juga memerintahkan manusia agar berdoa niscaya Allah mengabulkan doa manusia (QS. 40:60).

Allah juga menjelaskan (lebih dari 60 x) bahwa kepunyaan-Nya lah segala apa yang ada di langit dan di bumi  dan di antara keduanya (QS. 2:255; 20:6; dst.). Penjelasan Allah tersebut jika dipahami sebagai kenyataan yang sebenarnya bisa menyadarkan manusia bahwa wujud yang selain Allah itu termasuk wujud manusia adalah wujud pinjaman dan wujud tergantung, dalam arti jika tidak diciptakan tidak ada. Dengan kata lain, manusia itu tidak pernah bisa berdiri sendiri saecara terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak terbatas.

Pada umumnya kebanyakan orang belum memahami penjelasan Allah tersebut  sebagai kenyataan yang sebenarnya, dan baru memahaminya sebatas sebagai pernyataan yang sebenarnya, yaitu bahwa firman Allah itu benar dan tidak mengandung keraguan. Akibatnya, kebanyakan orang tidak merasakan kedekatan dengan Allah, tidak merasakan kebersamaan dengan Allah, tidak merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah, tidak mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih-Nya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa yang bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah itu hanya para Rasul, Nabi, Wali, padahal Allah sendiri menjelaskan bahwa siapa saja bisa bertemu Allah dan menjadi kekasih Allah bila manusia beriman dan selalu bertaqwa (QS. 10:62-64).

Setelah 30 tahun lebih mencari Allah, saya menemukan banyak orang yang juga mencari Allah, banyak yang berhasil, dan bahkan ada yang menuliskan kisah perjalanannya, hasil-hasil perjalanannya, dan cara untuk mencapainya. Misalnya Al-Gazali dengan kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin, Mi’rajus Salikin, Mihrabul ‘Arifin, Minhajul ‘Abidin; Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan kitabnya Futuhul Ghaibi, Fathur Rabbni, Sirrul Asrar, Ghunyah al-Thalibin; Ibnu ‘Athaillah As-Sukandari dengan kitabnya Al-Hikam, Ibnu Arabi dengan kitabnya Futuhat Al-Makiyah, Fusus Hikam; Mulla Shadra dengan kitabnya Al-Asfar Al-Arba’ah; Muhammad Iqbal dengan karyanya yang termasyhur Asrar-i Khudi (Rahasia-rahasia pribadi) dan Reconstruction (Membangun kembali pemikiran agama dalam Islam) dan lain-lainnya yang jumlahnya sangat banyak sekali

Orang yang mengetahui bahwa manusia itu bisa tahu, kenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, pasti ingin mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah, dan menjadi kekasih Allah di dunia ini, karena Allah itu Maha Kuasa dan Maha Penolong, dan dalam kenyataan yang sebenarnya manusia itu memang tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan Allah dan pertolongan Allah

Lagi pula, orang yang telah mengenal Allah, bisa merasakan kedekatan dengan Allah, bertemu Allah, mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah pasti juga bisa merasakan dan mengalami petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah

Para Rasul, para Nabi, para Wali, dan orang-orang yang telah mengalami pertemuan dengan Allah pasti bisa merasakan kedekatan dan kebersamaan dengan Allah sebagai pemberi petunjuk, penolong, dan pelindungnya sehingga hidupnya menjadi lapang, tenang, dan menyenangkan karena merasa selalu dekat dan bersama Allah yang Maha Kuasa sebagai penolong dan pelindungnya.

Itulah sebabnya, Allah memerintahkan manusia mengulang-ngulang pernyataan yang dalam sehari-semalam tidak kurang dari 17 x: “Hanya kepada Engkaulah Kami menyembah (tunduk, patuh, dan taat serta mengikuti petunjuk, melaksanakan perintah, dan menjauhi larangan-Nya), dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. 1:5), agar manusia selalu mendapatkan pertolongan Allah dalam mengatasi dan memecahkan segala masalah yang dihadapi dalam hidupnya serta agar manusia bisa merasakan dan mengalami sendiri bahwa manusia itu sebenarnya tidak bisa hidup dan beraktifitas tanpa kekuatan dan pertolongan Allah SWT.

Perjalanan menuju Allah dan mencari Allah itu unik dan tiada duanya, semakin jauh perjalanan semakin banyak yang ditemukan, dan kita semakin menyadari bahwa yang belum kita temukan itu semakin banyak dan jumlahnya tak terbatas karena wujud Allah itu memang tidak terbatas. Sungguhpun begitu, saya yakin bahwa pengalaman yang sedikit itu pasti sangat bermanfaat bagi yang memerlukannya

Melalui program Liqa’ Allah, kami memperkenalkan cara mudah bertemu Allah agar banyak orang bisa merasakan kedekatan dengan  Allah (Qurbah), merasakan kebersamaan dengan Allah (Ma’iyah), merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), agar kita bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.

Semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan kesanggupan serta dimudahkan Allah untuk  bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah dan menjadi kasih Allah agar kita bisa selalu berada dalam limpahan rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 11-5-2013

S. Hamdani

 

Alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah,

atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

ALLAH MENGHENDAKI DAN MEMERINTAHKAN AGAR MANUSIA BERTAUHID, BERTAQWA, DAN BERTAWAKAL

Artikel 2 Mei 2013

  BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

 Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu keyakinan pada ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al (Perbuatan), Asma’ (Nama), Sifat, dan Dzat-Nya. Dengan kata lain, orang yang bertauhid adalah orang yang meyakini ke-Esa-an Allah baik dari segi Af’al, Asma’, Sifat, maupun Dzat-Nya

  1. Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertauhid (QS.112:1).Konsekuensi logis bertauhid itu jumlahnya tak terbatas dan smuanya bisa mengantarkan manusia untuk mengetahui Allah yang sebenarnya menurut Allah sendiri yang bisa kita ketahui melalui al-Qur’an
  2. Dengan bertauhid manusia bisa mengenal Allah yang sebenarnya, manusia juga bisa merasakan kedekatan dengan Allah (Qurbah. QS. 2:186), manusia bisa merasakan kebersamaan dengan Allah (Ma’iyah. QS. 57:4), manusia bisa bertemu Allah (Liqa’ Allah. QS. 29:5), dan manusia juga bisa mencintai Allah dan menjadi kekasih Allah (Mahabbah. QS. 3:30)
  3. Dengan bertauhid manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah, manusia bisa berdialog dengan Allah, dan manusia juga berkomunikasi dengan Allah. Allah berkomunikasi dengan manusia melalui bahasa tersurat yaitu kitab suci al-Qur’an, melalui bahasa tersirat yaitu kitab kauniyah –alam semesta, melaui bahasa pikiran, perasaan, dan pengalaman
  4. Dengan bertauhid Uluhiyah (meyakini Allah sebagi Tuhan yang sebenarnya), dengan bertauhid Rububiyah (meyakini Allah sebagai satu-satunya Pecipta, pemilik, penguasa, penjaga, pemelihara, pengurus, dan yang mengurus seluruh ciptaan-Nya), dengan bertauhid Ubudiyah (keyakinan Allah sebagai satu-satunya yang paling berhak disembah) kita bisa mengetahui dan mengenal Allah yang sebenarnya menurut Allah sendiri
  5. Dengan bertauhid hauqalah (meyakini tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah, QS. 18:39; Sabda Rasulullah: “Laa haula walaa quwwata illa billah”), dengan bertauhid shamadiyah (meyakini Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung (QS. 112:2), dan dengan bertauhid al wujud (meyakini Allah sebagai satu-satunya wujud yang mutlak, Qs. 42:11; yang tak terbatas, QS. 4:126; dan yang Esa , QS. 112:1) kita bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah di dunia ini
  6. Dengan bertauhid manusia bisa merasa satu pengetauan dengan pengetahuan Allah
  7. Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa satu wujud dengan wujud Allah, karena wujud Allah itu wujud yang mutlak (QS. 42:11), wujud Allah itu tidak terbatas dan wujud Allah itu meliputi segala sesuatu (QS. 4:126), wujud Allah itu berada di mana-mana (QS. 2:115) dan sekaligus tidak berada di mana-mana (QS. 42:11)
  8. Dengan bertauhid manusia bisa merasa tidak bisa berdiri sendiri, serta terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah yang tak terbatas, karena yang bisa berdiri sendiri secara independen (Qiyamu Binafsihi) memang hanya Allah
  9. Wujud Allah yang tidak terbatas itu juga tidak terbagi, dan wujud Allah itu juga tidak terdiri dan tersusun dari bagian-bagian
  10. Wujud kekuatan Allah itu juga tidak terbatas dan juga tidak terbagi. Karenanya, kakuatan Allah itu memenuhi diri kita, memenuhi jiwa raga kita, memenuhi jiwa raga semua orang dan juga memenuhi alam semesta
  11. Oleh sebab itu, manusia yang bisa menyadari kebenaran kenyataan di atas pasti bisa merasa bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas dengan kekuatan Allah yang tak terbatas. Pengalaman bertauhid yang demikian bisa menguatkan jiwa raga orang yang mengalaminya sehingga dia bisa merasa optimis, marasa percaya diri (PD), dan yakin sepenuhnya bhwa harapannya bisa terwujud degan kekuatan dan pertolongan Allah
  12. Dengan bertauhid manusia juga bisa merasa digerakkan, dibimbing, ditolong, dan dilindungi Allah
  13. Karenanya, manusia juga bisa merasakan cinta Allah kepada manusia, juga kasih sayang Allah kepada manusia berupa pemberian karunia dan nikmat-Nya yang tiada terhitung banyaknya (QS. 14:34)
  14.  Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa:Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam (QS. 3:102   ), yaitu dengan cara menjadikan kehendak Allah sebagai kehendaknya, dengan  cara mengikuti petunjuk-Nya, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjaui larangan-Nya
  15. Allah memerintahkan manusia bertaqwa karena tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51:56), yaitu dengan cara menyembah Allah, melaksanakan perintah Allah dan menjadi hamba Allah
  16. Dengan bertaqwa manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, sehingga sikap dan tindakannya sesuai dengan kehendak Allah, sesuai dengan petunjuk Allah, sesauai dengan perintah Allah, dan mencerminkan kehendak Allah
  17. Dengan bertaqwa manusia juga bisa bermitra kerja dengan Yang Maha Kuasa yaitu dengan cara mengikuti petunjuk-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya
  18. Allah menghendaki dan memerintahkan agar manusia bertaqwa, dan jika manusia bertaqwa maka Allah memberikan jalan keluar  terhadap masalah yang dihadapinya, Allah memberi rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, Allah memudahkan urusannya, Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, dan Allah juga melipat gandakan pahala baginya (QS. 65:2-5)
  19.  Allah menghendaki agar manusia bertawakal dan jika manusia bertawakal maka Allah mencukupkan keperluannya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS.65:3)
  20. Dengan bertawakal manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, karena memang tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan daya dan kekuatan Allah (laa haula wa laa quwwata illa billah– Sabda Rasulullah)
  21. 22.   Dengan bertawakal manusia bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas sehingga yang berat terasa ringan, yang sulit terasa mudah, yang mustahil menjadi mungkin, dan yakin sepenuhnya harapan dan cita-cita bisa terwujud dengan kekuatan Allah yang tak terbatas.
  22. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa mengetahui, mengenal, dekat, bersama, bertemu Allah dan mnjadi kekasih Allah SWT.
  23. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita bisa berada dalam Petunjuk, Pertolongan, dan Perlindungan Allah SWT.
  24. Dengan bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal kita kita bisa kekal abadi dengan Allah, untuk Allah, dalam Allah, dan bersama Allah sebagai hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi sebagai pelaksana kehendak dan perintah Allah SWT.

 

Semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan kesanggupan serta dimudahkan Allah untuk  bisa mengetahui, mengenal, dekat, bertemu Allah dan menjadi kasih Allah agar kita bisa selalu berada dalam limpahan rahmat dan karunia yang diridhai-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 18-4-2013

S. Hamdani

CATATAN PERHATIAN:

Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com

atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA TUJUANNYA UNTUK BERIBADAH, MENYEMBAH ALLAH, DAN MENJADI HAMBA ALLAH

Artikel 1 awal Mei 2013

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM 

Allah menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah. Allah berfirman Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS.51:56).

Menyembah Allah itu maksudnya mepertuhankan Allah yang bisa dilakukan dengan cara menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk Allah, melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya

Itulah sebabnya, Allah melarang manusia menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuahannya. Allah melarang manusia menyembah hawa nafsunya. Allah memerintahkan manusia agar menyerahkan dirinya pada Allah dengan cara tunduk, patuh, dan taat pada Allah (Islam). Allah memerintahkan agar manusia menuruti mau-Nya Allah, mengikuti petunjuk-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya (taqwa). Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan orang yang menuruti hawa nafsunya, pasti dikuasai dan diperbudak oleh hawa nafsunya, atau menjadi budak nafsu.

Oleh sebab  itu, Allah melarang manusia mempertuhankan hawa nafsunya, menyembah hawa nafsunya, atau menuruti dan mengikuti hawa nafsunya, karena jika manusia menuruti hawa nafsunya, maka manusia menjadi seperti binatang ternak. Allah menjelaskan: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS.25:43-44).

Allah juga melarang manusia menyembah syetan, karena setan itu musuh manusia yang nyata, yang selalu berusaha merusak dan menyesatkan manusia. jika manusia menyembah setan, maka manusia pasti dikuasai dan diperbudak syetan, dn manusia pun menjadi budak setan. Allah berfirman:. Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan ?” (QS.36:60-62).

Sebelum menjadi hamba Allah, manusia menjadi hamba nafsu, setan, dan thaghut, yaitu segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan, dipatuhi, dan ditaati kemauannya.

Allah melarang manusia menjadi hamba nafsu-keinginan ego, setan dan thaghut-segala sesuatu selain Allah yang dipertuhan-disembah.

Maunya Allah manusia menjadi hamba Allah, karena hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.

Hamba Allah adalah orang yang menyadari statusnya sebagai hamba Allah dan kedudukannya sebagai khalifah.

Hamba Allah adalah orang yang bisa mengetahui, membenarkan, mengakui dan menyadari bahwa kekuatannya adalah kekuatan Allah, ruhnya adalah ruh Allah, dan wujudnya adalah miliki Allah, berasal dari Allah, pinjaman dari Allah, bergantung pada Allah, dan kembalinya juga  kepada Allah.

Hamba Allah adalah orang bisa merasakan kedekatan dengan Allah, dan merasakan kebersamaan dengan Allah sebagai dasar wujudnya, sumber kekuatannya, tempat bergantungnya, tempat kembalinya, dan tumpuan harapannya.

Hamba Allah adalah orang yang bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah melalui Qudrah, Iradah, dan ilmu-Nya, sehingga ia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, satu kehendak dengan kehendak Allah, satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah (merasa bisa mengetahui dengan pengetahuan Allah, bimbingan Allah dan petunjuk Allah).

Hamba Allah adalah orang yang yakin bisa mendapatkan jalkan keluar dari Allah, rizki dari arah yang tidak diketahui, dan urusannya dimudahkan Allah, dan yakin sepenuhnya bahwa kebutuhannya dicukupkan Allah (QS. 65:3-4).

Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita untuk bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi. Amin

Jakarta, 5-5-2013

S. Hamdani

CATATAN PERHATIAN:

Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com

atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

 

[Mohamad Firman Hadi] Husnudzan Kepada Allah Sang Maha Pencipta

Mohamad Firman Hadi/ 1112051100038/ fvierman.jurno@gmail.com/ 08977127917
Artikel 3/ Jurnalistik/ 2B

Husnudzan kepada Allah Ta’ala merupakan ibadah hati yang paling jelas. Namun ini tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Husnudzan (berperasangkan baik) kepada Allah adalah meyakini Asma’, sifat serta perbuatan Allah yang layak bagi-Nya. Sebuah keyakinan yang menuntut pengaruh yang  nyata. Misalnya, meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini, Allah mempunyai hikmah yang sempurna dalam setiap yang Dia takdirkan dan tentukan.

Bagi kita yang menyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, akan sangat bersyukur bila merenungi bahwa kenikmatan hidup di dunia adalah rahmat dari-Nya. Dunia beserta isinya merupakan salah satu rahmat yang diberikan Sang Maha Pencipta kepada mahluk-mahluknya, masih ada 99 rahmat Allah yang akan diberikan di akhirat nanti.

Dapat dikatakan bahwa manusia sebagai hamba-Nya diberi satu ujian dengan satu kenikmatan di dunia dan apabila ujian tersebut berhasil, akan diberikan reward yaitu 99 rahmat lainnya yang ada setelah kiamat dan hancurnya dunia ini, ke-99 rahmat itu berupa surga beserta isinya. Untuk itu kita wajib bersangka baik kepada Sang Maha Pencipta.

Bagaimana kita dapat bersyukur kalau hati kita tidak memiliki prasngka baik kepada Sang Maha Pencipta, mungkin baru diberikan Al Qur’an sudah menyakini tidak benar dan dianggap itu hanya karangan Nabi Muhammad SAW. Disuruh untuk berpuasa, shalat, dan berzakat tidak dilaksanakan, males lah alasannya, nggak kuat lah. namun kebalikannya diharamkan memakan babi, minum-minuman keras, dan berzina, malah dilakukan. Padahal begitu banyak kebaikan dibalik semua perintah tersebut bila kita menyadarinya.

Bersangka baik dengan menganggap bahwa Allah menurunkan Al Qur’an dan rasul-rasulnya (utusannya) akan membuat kita menjadi orang yang bertakwa kepada-Nya dan berusaha melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan apabila bersangka buruk kepada-Nya, ciptaannya, dan utusannya akan membuat kita khilaf dan mencintai dunia, para utusan Allah dibunuh, kitab sucinya dibakar dan disulap sesuai nafsunya, akibatnya kita akan makin jauh dari-Nya.

Sebagai manusia, hamba-Nya yang lemah haruskah menentangnya. Sang Maha Pencipta menurunkan Al Qur’an sebagai pedoman bagi umat manusia, manusia malah menciptakan kitab-kitab lain yang membuat kita semakin jauh darinya. Saat ini dapat kita lihat bagaimana manusia telah menistakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad SAW yang dipilihnya diantara manusia lain sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, husnuzan kepada Allah tidak terjadidengan meninggalkan perkara wajib dan mengerjakan kemaksiatan. Siapa yang meyakini hal itu bermanfaat baginya maka ia tidak menetapkan sebagian dari nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah yang layak dan sesuai bagi-Nya. Sungguh ia telah mengelincirkan dirinya pada keburukan dan perangkap syetan. Sementara orang-orang beriman, secara bersamaan memperbagus amalnya dan memperbagus perasangkanya kepada Allah bahwa Dia akan menerima amal-amal shalihnya. Dan saat menghadapi kematian, mereka berperasangka baik kepada Allah bahwa Dia memaafkan kesalahan dan mengampuni dosa-dosanya serta merahmatinya. Diharapkan, Allah mewujudkan perangka baiknya tersebut kepada mereka sebagaimana yang sudah dijanjikan oleh-Nya.